Nationalgeographic.co.id—Para ahli paleontologi di Eropa untuk pertama kalinya telah mendeskripsikan neuroanatomi Europasaurus holgeri. Dinosaurus tersebut merupakan makronaria, klad dinosaurus sauropoda luar biasa dari periode jurassic Jerman.
Deskripsi lengkap studi mereka tersebut telah mereka terbitkan di jurnal eLife dengan judul "Neurovascular anatomy of dwarf dinosaur implies precociality in sauropods."
Seperti diketahui, Europasaurus holgeri adalah salah satu sauropoda paling aneh dan paling banyak dipelajari di seluruh dunia.
"Sejauh ini, bahan kerangka otak takson dari Jerman ini mendapat perhatian lebih besar. Dengan bantuan micro-computed tomography (microCT), kami melaporkan neuroanatomi dari tempurung otak yang hampir lengkap dari individu dewasa," tulis mereka.
"Serta telinga bagian dalam (labirin endosseous) dari satu speies dewasa lainnya dan beberapa remaja."
Dinosaurus ini hidup di tempat yang sekarang menjadi Jerman utara selama zaman Jurassic Akhir, sekitar 154 juta tahun yang lalu.
Europasaurus holgeri termasuk macronaria, sekelompok sauropoda yang sebagian besar kolosal, terdiri dari vertebrata terestrial terbesar dalam sejarah Bumi.
Namun, Europasaurus holgeri adalah spesies macronarian yang relatif kecil dengan tinggi badan hingga 3 meter atau sekitar 10 kaki.
Itu memiliki ukuran yang lebih kecil dari jenisnya karena terisolasi di sebuah pulau, di mana ia menjadi lebih kecil setelah beberapa generasi.
"Dinosaurus, seperti semua hewan dengan duri, memiliki organ sensorik utama, organ yang memungkinkan mereka untuk mendengarkan, merasakan, melihat, mencium, berpikir, dan bahkan menjaga keseimbangan di kepala mereka," kata ahli paleontologi University of Greifswald, Marco Schade dan rekannya.
"Ini berarti bahwa mempelajari tengkorak fosil mereka dapat memberikan banyak informasi tentang bagaimana hewan-hewan ini memandang lingkungan mereka melalui apa yang disebut 'endocast' model digital dari rongga di dalam tengkorak."
Source | : | ELife,Sci-News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR