"Temuan ini menunjukkan bahwa suami dapat membantu istri yang bekerja jarak jauh ketika mereka memiliki jadwal kerja yang lebih fleksibel dan melakukan lebih banyak tugas keluarga ketika istri mereka memiliki jadwal kerja yang lebih padat," kata Hu.
Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa ketika batas antara pekerjaan dan waktu keluarga tidak jelas, pasangan berpenghasilan ganda merasakan konflik.
Temuan menunjukkan bahwa ketika karyawan (baik suami maupun istri) bekerja dari rumah, mereka meningkatkan jumlah pekerjaan yang mereka selesaikan di sekitar rumah dan keluarga mereka.
Namun hal itu meningkatkan perasaan konflik antar peran, penarikan diri secara psikologis dari pekerjaan dan perasaan bersalah terkait pekerjaan untuk pimpinan mereka.
"Manajer harus membentuk ekspektasi yang realistis tentang seberapa banyak pekerjaan yang dapat ditangani secara efektif oleh karyawan mereka yang bekerja dari jarak jauh dan menunjukkan lebih banyak pemahaman tentang situasi kerja rumahan dari pasangan berpenghasilan ganda," kata Hu.
Hu mengatakan hasilnya menunjukkan suami dengan fleksibilitas dalam menjadwalkan waktu kerja dapat memberikan lebih banyak dukungan bagi istri mereka untuk menyelesaikan tugas kerja jarak jauh mereka.
Baca Juga: Tenaga Kesehatan, Pahlawan yang Berguguran dalam Perang Covid-19
Baca Juga: Antrian Panjang Transportasi Massal, Tak Semua Bisa Kerja dari Rumah
Baca Juga: Studi Baru Ungkap Pandemi Ternyata Tak Mengurangi Deforestasi
"Organisasi dan manajer harus memberikan karyawan laki-laki lebih banyak fleksibilitas jika memungkinkan sehingga mereka dan keluarga mereka dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap krisis seperti pandemi COVID-19," katanya.
Sementara banyak kebijakan kerja-dari-rumah yang diselidiki studi ini diberlakukan karena pandemi, Hu mengatakan bahwa keadaan tidak akan kembali seperti semula ketika pandemi berakhir.
"COVID-19 selamanya mengubah cara kita bekerja. Kerja jarak jauh akan menjadi lebih dari norma," katanya.
"Orang-orang benar-benar terbiasa bekerja dari rumah dan banyak yang tidak ingin kembali ke kantor penuh waktu."
Hu mengatakan dia melihat pekerjaan hybrid sebagai masa depan terbaik bagi pasangan yang bekerja.
“Ini akan memungkinkan karyawan memiliki fleksibilitas yang mereka dapatkan dari bekerja di rumah, sekaligus memiliki kesempatan untuk lebih banyak berinteraksi dengan rekan kerja di kantor, yang dapat meningkatkan kolaborasi dan menginspirasi kreativitas dan inovasi,” katanya.
Source | : | Ohio State University,Personnel Psychology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR