Nationalgeographic.co.id—Dunia Yunani Kuno penuh dengan pengembara. Dari daratan Yunani, mulai dari Odysseus hingga tentara bayaran, pedagang, pelancong, dan penulis menjelajah hingga ke Mediterania. Para pengembara ini dibuat kagum oleh keajaiban (theamata atau pemandangan) yang mereka temui di sepanjang jalan. Di dunia kuno, terdapat tujuh bangunan luar biasa yang dianggap sebagai keajaiban dunia kuno. Salah satunya adalah Taman Gantung Babilonia. Konon, taman ini merupakan tanda cinta Raja Nebukadnezar II pada permaisurinya.
Taman Gantung Babilonia adalah satu-satunya bangunan Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang luput dari perhatian para arkeolog dan sejarawan. Pasalnya, tidak ada bukti arkeologi konklusif yang pernah ditemukan untuk memberikan indikasi lokasi atau bentuk taman ini.
Sejarawan harus mengandalkan serangkaian referensi singkat tentang Taman Gantung Babilonia dari berbagai sumber tekstual yang berbeda. Sebagian besar referensi ini dicatat oleh penulis Yunani dari dunia Klasik atau Romawi kuno.
Berkat daya tarik dunia pada Aleksander Agung, dunia Helenistik, dan Romawi kuno, teks yang berisi deskripsi singkat tentang taman ini pun bertahan.
Salah satunya berasal dari Diodorus Siculus, sejarawan Yunani pada abad ke-1 Sebelum Masehi. Menurut sejarawan, catatan Siculus tentang Taman Gantung kemungkinan besar diambil dari catatan Cleitarchus, salah satu sejarawan Aleksander Agung.
Siapa yang bertanggung jawab atas pembangunan Taman Gantung Babilonia?
Nebukadnezar II adalah raja kedua Kekaisaran Neo-Babilonia. “Menurut beberapa legenda, dia adalah orang yang bertanggung jawab untuk pembangunan Taman Gantung,” tulis Kieren Johns di laman The Collector.
Mulai berkuasa pada tahun 605 Sebelum Masehi setelah kematian Nabopolassar, Nebukadnezar memerintah selama 43 tahun. Ini termasuk pemerintahan yang sangat panjang di dunia kuno.
Pemerintahannya terkenal, khususnya, karena dua hal: pembangunan dan penaklukan. Ia adalah seorang raja pejuang.
Nebukadnezar II juga dikenang sebagai raja pembangun yang hebat. Sebagian besar perhatiannya terfokus pada ibu kota kekaisaran, Babel. Ibu kota ini memiliki citra modern. Batu bata biru mengilap menghiasi bangunan-bangunan monumental di kota. Sebut saja Gerbang Ishtar yang tersohor itu.
Banyak kuil dipulihkan di seluruh kota, termasuk Esagila, kuil utama Marduk, dan Etemenanki, sebuah ziggurat yang didedikasikan untuk dewa Marduk. Bagi sebagian orang, bangunan Etemenanki yang menjulang tinggi dikaitkan dengan kisah Alkitab tentang Menara Babel.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR