Nationalgeographic.co.id – Sikap orang Yunani kuno terhadap seks berbeda dengan sikap manusia di zaman modern. Bahkan Pulau Lesbos di Yunani disebut sebagai awal mula kaum lesbian lahir. Akan tetapi apakah semua mitos tentang kehidupan seks orang Yunani kuno itu benar? Berikut fakta tradisi seks di Yunani kuno.
Pria Yunani semuanya biseksual
Sudah pasti norma di Yunani kuno bagi seorang pria untuk menganggap kedua jenis kelamin menarik. Namun kehidupan pribadi pria di Athena klasik, sangat berbeda dari apa pun yang mungkin dialami pria biseksual saat ini.
Hubungan antara laki-laki dengan usia yang sama sama sekali tidak umum: sebaliknya, standar hubungan sesama jenis akan melibatkan remaja laki-laki dan laki-laki yang lebih tua. Pria juga menggunakan pelacur wanita secara teratur: seks dapat dilakukan dengan murah di kota yang merupakan rumah bagi banyak rumah bordil, pejalan kaki, dan penghibur wanita. Mengenai hubungan perkawinan, pria jarang menikah sebelum usia 30 tahun, dan selain malam pernikahan, pasangan suami istri biasa tidur terpisah.
Hubungan seksual yang berbeda ini terekam dalam lukisan vas klasik dengan cara yang sangat berbeda. Untuk hubungan sesama jenis, fokusnya biasanya pada pacaran; untuk prostitusi, itu pada tindakan seksual; untuk pernikahan, pada saat mempelai pria mengantar istri barunya pulang.
Wanita Yunani mengatur pernikahan
Ini sebagian besar benar. Ayah seorang gadis secara tradisional melihatnya sebagai tugasnya untuk menemukan suami yang cocok untuk putrinya dan, yang terpenting, pada umumnya akan berperan dalam mencarikan istri untuk putranya juga. Di Athena, seorang gadis biasanya menikah pada usia sekitar 16 tahun—biasanya dengan pria yang dua kali usianya, sering kali dengan paman dari pihak ayah atau rekan ayahnya.
Sama seperti pengantin muda yang seksi, saat remaja laki-laki dianggap menarik oleh laki-laki lain. Daya pikat seksual seorang anak laki-laki mulai berkurang saat dia mulai menumbuhkan rambut wajah dan tubuh. Misalnya, kisah ketertarikan yang diterima oleh pemuda seperti Charmides. Menurut Plato, semua orang di sekolah gulat menatap Charmides ‘seolah-olah dia adalah patung’ dan Socrates sendiri ‘terbakar’ ketika dia melihat ke dalam jubah pemuda itu.
Baca Juga: Selain Seks, Kama Sutra Memberi Filosofi Pedoman Hidup Penganutnya
Baca Juga: Penyebab Neanderthal Punah Bukan Disebabkan Perang, Melainkan Seks
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR