Nationalgeographic.co.id—Julius Caesar memiliki citra seorang pemimpin diktator, pendiri Kekaisaran Romawi dan seorang jenderal yang menaklukkan Galia. Namun, fakta yang kurang diketahui adalah Caesar memiliki kehidupan seks yang begitu liar.
Di masa mudanya, Caesar terkenal dengan cross-dressing (aksi mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan standar masyarakat berdasarkan jenis kelamin bawaan dari lahir) dan memainkan peran sebagai wanita dalam hubungan dengan pria lain.
Dikenal oleh orang Romawi lebih sebagai penembus daripada penetrator, secara seksual Caesar adalah keduanya. Sebagai seorang pemuda, dia menghabiskan banyak waktu di istana Raja Nicomedes IV di Bitinia, Turki modern. Fakta ini memicu desas-desus yang mengikuti Caesar seumur hidupnya.
Di zaman Romawi, hubungan seksual antara dua pria dapat diterima. Namun, berada dalam peran tunduk dalam hubungan seperti itu merusak reputasi pemimpin legiun yang maskulin.
Memang, ini adalah satu-satunya 'noda' pada citra Caesar tentang penggoda yang tak kenal lelah. Dikatakan tidak ada wanita, tidak ada istri, dan tidak ada anak perempuan yang aman di hadapan Caesar.
Dikutip Short History, Caesar terkenal karena merayu istri sekutunya dan menggunakan seks dengan wanita aristokrat untuk meningkatkan status politiknya. Dia juga menghabiskan banyak uang, seringkali uang publik, untuk menyewa banyak pelacur.
Caesar diberi julukan 'pezina jahat'. Selama salah satu kemenangan Caesar, tentaranya bernyanyi:
"Pria Roma, hati-hati dengan istrimu! Kami akan membawa pulang pezina botak itu. Di Gaul dia berhasil mendapatkan banyak uang. Yang dia pinjam di sini di Roma."
Di masa mudanya, Caesar dianggap pria yang tampan. Dikatakan dia memiliki selera humor yang bagus. Dia menikah tiga kali, namun ini tidak menghentikan Caesar untuk berselingkuh dengan beberapa gundik.
Namun, kisah cinta yang melegenda adalah bersama sang Ratu Mesir, Cleopatra. Keduanya memiliki seorang putra bernama Caesarian, yang berarti ‘Caesar Kecil’. Namun status keduanya tidak pernah menikah karena bertentangan dengan hukum Romawi.
Pada suatu kesempatan ketika Caesar sedang berbicara di Senat, seorang utusan menyelipkannya catatan. Musuh bebuyutannya, senator Cato the Younger, menyela pidatonya, menuntut Caesar untuk membaca surat itu dengan lantang.
Cato percaya surat itu akan berisi bukti keterlibatan Caesar dalam konspirasi Catilinarian Kedua yang terkenal (diungkapkan oleh Cicero pada 63 SM).
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR