Nationalgeographic.co.id—Studi konservasi baru di Afrika telah mengungkapkan bahwa setidaknya separuh dari badak Afrika saat ini berada di tangan swasta. Temuan tersebut menunjukkan perlunya jalur baru untuk konservasi badak.
Ilmuwan dari University of Helsinki di Finlandia dan Universities of Stellenbosch and Nelson Mandela di Afrika Selatan bekerjasama untuk mengumpulkan data populasi badak di Afrika. Temuan mereka itu telah diterbitkan dalam sebuah artikel baru di Frontiers in Ecology and the Environment.
Data mereka menunjukkan bahwa jumlah badak Afrika telah menurun pada tingkat yang tidak berkelanjutan di taman inti yang dikelola negara, itulah sebabnya lebih dari setengah badak yang tersisa di benua itu sekarang berada di lahan pribadi.
Hingga dekade terakhir, populasi badak terbesar ditemukan di Taman Nasional Kruger Afrika Selatan. Namun, taman yang dikelola negara ini telah kehilangan masing-masing 76% dan 68% badak putih dan hitam selama dekade terakhir.
Sebaliknya, jumlah badak putih di lahan pribadi terus meningkat selama dekade yang sama, terutama di Afrika Selatan.
Pemilik badak pribadi sekarang melestarikan setidaknya setengah dari badak yang tersisa di benua itu, dan tanah komunal juga melestarikan proporsi yang semakin besar.
Data tersebut mencatat data populasi badak yang tersedia untuk umum untuk negara-negara Afrika tempat keberadaan badak, dipisahkan berdasarkan negara bagian, pribadi, dan jenis lahan komunal jika memungkinkan.
Mereka mempertimbangkan implikasi dari pergeseran yang muncul dalam konservasi badak dari negara ke lahan swasta dan komunal, dan memetakan jalur baru untuk konservasi badak.
"Pemilik tanah pribadi dan komunal di beberapa negara Afrika selatan dan Timur dapat menghasilkan pendapatan dari wisata satwa liar, perburuan trofi, dan perdagangan hewan hidup," jelas penulis makalah Hayley Clements.
"Membuatnya layak secara finansial untuk menggunakan tanah mereka untuk melestarikan satwa liar daripada untuk peternakan. Hasilnya adalah ratusan pemilik tanah melestarikan badak di properti mereka."
Tetapi rasio biaya-manfaat dari melestarikan badak berubah, jelas rekan penulis studi Dave Balfour.
Source | : | Frontiers in Ecology and the Environment,University of Helsinki |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR