Nationalgeographic.co.id—Paleontolog dari Virginia Tech melaporkan telah menemukan fosil hewan mirip cacing yang berusia sekitar 220 juta tahun di Arizona. Fosil tersebut diidentifikasi sebagai Caecilian (amfibi mirip cacing) tertua yang dikenal hingga saat ini.
Spesies yang baru diidentifikasi itu dinamakan Funcusvermis gilmorei, ia hidup di hutan tropis yang sekarang disebut Arizona, Amerika Serikat, selama periode Triassic, sekitar 220 juta tahun yang lalu.
Penemuan Funcusvermis gilmorei tersebut telah dilaporkan dalam sebuah makalah di jurnal Nature yang merupakan jurnal akses terbuka. Makalah tersebut dipublikasikan secara daring dengan judul "Triassic stem caecilian supports dissorophoid origin of living amphibians."
Untuk diketahui, amfibi adalah subkelas Lissamphibia yang termasuk di antaranya adalah katak dan salamander (ordo Batrachia). Sementara caecilian adalah hewan amfibi yang mirip cacing tanpa kaki (ordo Gymnophiona).
Caecilian memiliki tubuh silindris dengan tengkorak padat berbentuk peluru yang membantu mereka menggali di bawah tanah.
Sekarang secara eksklusif menjadi rumah bagi Amerika Selatan dan Tengah, Afrika, dan Asia selatan, mereka menghabiskan hidup mereka dengan menggali serasah daun atau tanah untuk mencari mangsa seperti cacing dan serangga.
Sebelum penemuan Funcusvermis gilmorei, hanya 10 kejadian caecilian fosil yang diketahui, berasal dari zaman Jurassic Awal, sekitar 183 juta tahun yang lalu.
Namun, studi DNA sebelumnya memperkirakan asal evolusi caecilian kembali ke periode Karbon atau Permian, sekitar 370 juta hingga 270 juta tahun yang lalu, menandai kesenjangan 87 juta tahun itu. Namun, tidak ada fosil seperti itu yang ditemukan.
“Penemuan fosil caecilian tertua menyoroti sifat penting dari bukti fosil baru,” kata Ben Kligman, seorang mahasiswa doktoral di Departemen Geosains di Virginia Tech.
“Banyak dari pertanyaan terbesar dalam paleontologi dan evolusi tidak dapat diselesaikan tanpa fosil seperti ini.”
"Caecilian fosil sangat langka, dan mereka ditemukan secara tidak sengaja ketika ahli paleontologi sedang mencari fosil hewan lain yang lebih umum."
Source | : | Nature,Sci News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR