Dikenal sebagai salah satu raja terbesar sepanjang sejarah umat manusia, Genghis Khan ternyata memiliki fakta unik terkait perempuan.
Sang Kaisar Mongol dikenal tidak hanya gemar menaklukan kerajaan, tetapi juga menaklukan wanita. Tentunya sama-sama menggunakan cara paksa.
Bahkan, dilansir dari INTISARI ONLINE, Genghis Khan pernah tercatat memiliki 16 juta keturunan yang tersebar di seluruh dunia.
(Simak DNA Genghis Khan Mengalir dalam Tubuh 16 Juta Pria, Kok Bisa?)
Fakta yang diperoleh melalui penelitian ilmiah tersebut bak membuktikan mitos-mitos terkait sosok Genghis Khan.
Dilansir dari World History, Selasa (31/1/2023), pria yang berhasil membuat Jalur Sutra nan legendaris tersebut memang terkenal memiliki ratusan (beberapa sumber menyebut ribuan) gundik atau selir.
(Simak: Bagaimana Genghis Khan Mampu Membangun Jalur Sutra yang Nyaris Mustahil Dibuat?)
Setelah berhasil menaklukkan suatu wilayah, pria yang dijuluki "Sang Terkutuk" ini akan memilih beberapa wanita untuk dijadikan selirnya.
Pemilihan ini bahkan melibatkan semacam seleksi ketat, sebab Genghis Khan diketahui sudah memiliki poin-poin yang menentukan seorang wanita akan menjadi gundiknya atau tidak.
Poin-poin yang dimaksud tentu saja terkait dengan fisik dari wanita-wanita tersebut, yaitu: hidung kecil, pinggul bulat, rambut panjang, dan suara yang indah.
Namun, semua poin itu bisa serta merta "tersingkir" kala Genghis Khan menemukan satu faktor lain.
Apa itu? temukan jawabannya dalam artikel ini: Abaikan Fisik, Wanita-wanita Ini Jadi Target Utama Genghis Khan untuk Dijadikan Gundik.
Mitos lain yang mengelilingi sosok yang disebutkan memiliki 40 anak tersebut adalah terkait "keperkasaannya".
Genghis Khan dikabarkan sanggup untuk tidur dengan beberapa wanita setiap malam. Termasuk pada gundik yang baru 'direkrutnya' setiap tahun.
Bahkan, sebuah mitos lain yang belum bisa dibuktikan kebenarannya menyatakan bahwa "Si Jahat" ini meregang nyawa terkait kemampuan seksual.
Mitos tersebut menyebutkan bahwa sang Kaisar harus meninggal dunia usai dirinya dikebiri.
Memang, ada yang berani melakukannya?
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR