Nationalgeographic.co.id—Perang Troya adalah peristiwa bersejarah di zaman Yunani kuno. Entah itu mitos atau sejarah, literatur kuno juga mengisahkan tentang para wanita Troya dan Yunani. Kisah itu menjadi catatan menarik tentang perjuangan di masa Perang Troya dilihat dari sisi wanita.
Sementara laki-laki kehilangan nyawa karena perang, perempuan di kota kehilangan segala sesuatu yang mereka sayangi. Itu adalah suami, anak laki-laki, rumah, mata pencaharian, harta benda, dan kebebasan mereka. Kisah wanita di Perang Troya mencerminkan pengalaman yang sama yang dialami oleh wanita di zaman modern.
Perang Troya menarik ribuan pria dari rumah mereka, baik di Yunani maupun di Troya. “Ini meninggalkan ribuan wanita Yunani dan Troya di rumah untuk menjalankan rumah tangga dan kerajaan,” tulis Bethany Williams di laman The Collector.
Hecabe, Ratu Troya
Sebagai Ratu Troya, Hecabe adalah seorang wanita yang menderita banyak kerugian. Ia sempat hidup bergelimang harta dan kemewahan. Namun karena perang, hartanya habis tak bersisa.
Hecabe menikah dengan Raja Priam dan bersama-sama mereka membangun salah satu kerajaan paling tangguh di pantai timur Laut Aegea. Ia memiliki sembilan belas anak dengan Raja Priam termasuk yang paling terkenal: Hector, Paris, Cassandra, dan Polyxena.
Selama Perang Troya, Hecabe terpaksa menyaksikan setiap putranya terbunuh, satu demi satu. Ini tentu mendorongnya masuk ke dalam jurang kesedihan.
Mencoba menyelamatkan anak bungsunya, Polydorus, Hecabe mengirimnya ke sekutu tepercaya bernama Raja Polymestor. “Namun, tindakan itu rupanya merupakan satu kesalahan,” kata Williams. Ketika berita kejatuhan Troya sampai ke telinga raja, dia membunuh bocah itu dan mengambil harta kerajaannya.
Hecabe kehilangan segalanya karena Perang Troya. Semua putranya terbunuh, putrinya dibunuh atau dipaksa menjadi budak, suaminya dibunuh, dan kotanya yang termasyhur dibakar habis. Putri terakhirnya yang masih hidup, Polyxena diambil setelah perang untuk dijadikan kurban manusia.
Hecabe sendiri menjadi budak Odiseus dari Ithaca. Terlepas dari perbudakan, Hecabe diberi satu kesempatan untuk membalas dendam. Polymestor pengkhianat datang untuk mengunjungi kota yang jatuh sebelum pasukan Yunani berlayar pulang setelah Perang Troya.
Hecabe menyapa sang raja dan kedua putranya. Ia meyakinkan mereka untuk datang ke tenda guna mengumpulkan harta Troya yang tersisa. Di tenda, Hecabe yang sakit hati membunuh putra Polymestor dan kemudian membutakan raja karena amarah yang penuh dendam. Setelah itu, ia akhirnya menyerah pada kesengsaraannya. “Sang ratu melemparkan dirinya ke laut untuk tenggelam,” Williams menambahkan.
Cassandra, putri, pendeta, dan nabi dari Troya
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR