Nationalgeographic.co.id - Peneliti University of Canterbury (UC) telah merangkum ancaman yang akan ditimbulkan oleh peluncuran roket di masa depan terhadap lapisan ozon pelindung Bumi.
Temuan ini telah ditulis dalam sebuah makalah ulasan baru yang diterbitkan 2 Februari 2023 dalam Journal of the Royal Society of New Zealand.
Lapisan ozon, yang melindungi kehidupan di Bumi dari sinar ultraviolet (UV) berbahaya dari matahari, rusak parah pada 1980-an dan 1990-an karena klorofluorokarbon (CFC). Ini adalah bahan kimia yang digunakan dalam aerosol dan pendinginan.
Berkat tindakan dan undang-undang global yang terkoordinasi, lapisan ozon sekarang berada di jalur yang tepat untuk pulih abad ini.
Peluncuran roket memancarkan gas dan partikulat yang merusak lapisan ozon. Klorin reaktif, karbon hitam, dan nitrogen oksida (di antara spesies lainnya) semuanya dipancarkan oleh roket kontemporer. Bahan bakar baru seperti metana belum diukur.
"Dampak peluncuran roket saat ini pada lapisan ozon diperkirakan kecil tetapi memiliki potensi untuk tumbuh seiring perusahaan dan negara meningkatkan program luar angkasa mereka," kata Associate Professor di Fisika Lingkungan Dr Laura Revell.
"Pemulihan ozon telah menjadi kisah sukses global. Kami ingin memastikan peluncuran roket di masa depan melanjutkan pemulihan yang berkelanjutan."
Peluncuran tahunan global meningkat dari 90 menjadi 190 dalam 5 tahun terakhir, sebagian besar di Belahan Bumi Utara. Industri luar angkasa diproyeksikan tumbuh lebih cepat: perkiraan keuangan menunjukkan industri luar angkasa global dapat tumbuh hingga US$3,7 triliun pada tahun 2040.
"Roket adalah contoh sempurna dari 'teknologi karismatik' - di mana janji tentang apa yang dapat dimungkinkan oleh teknologi mendorong investasi emosional yang mendalam - jauh melampaui apa yang juga dipengaruhi oleh teknologi," kata Michele Bannister, Rutherford Discovery Fellow dan dosen senior ilmuwan planet UC.
Emisi bahan bakar roket saat ini tidak diatur, baik di Aotearoa Selandia Baru maupun internasional.
Mahasiswa UC Master Tyler Brown, yang terlibat dalam penelitian ini, mengatakan Aotearoa Selandia Baru diposisikan secara unik untuk memimpin dan berpartisipasi dalam bidang ini.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | ENN |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR