Nationalgeographic.co.id—Saat Anda melihat orang lain, pernahkah kita tertipu? Kita mungkin mengira orang itu adalah yang kita kenal, tetapi ternyata orang lain yang tidak kita kenal. Atau, mungkin Anda pernah berkenalan dengan seseorang dan hanya mengingat namanya tetapi lupa wajahnya? Kondisi itu disebut adalah buta wajah atau prosopagnosia.
Kondisi seperti itu disebabkan kinerja pencocokan wajah dari setiap orang mengalami gangguan. Banyak orang yang mengalaminya. Sebuah studi dari Harvard Medical School dan VA Boston Healthcare di jurnal Cortex, 4 Februari 2023 mengungkapkan, gangguan ini umum tetapi banyak yang tidak menyadarinya.
Sebelumnya, diperkirakan bahwa gangguan itu terjadi pada 2 sampai 2,5 persen orang di dunia. Penelitian bertajuk "What is the prevalence of developmental prosopagnosia? An empirical assessment of different diagnostic cutoffs" ini mengungkapkan bahwa justru lebih umum lagi.
"Prosopagnosia, atau kebutaan wajah, dapat disebabkan oleh cedera otak pada daerah oksipital atau temporal," kata Joseph DeGutis, penulis utama makalah dari Department of Psychiatry, Harvard Medical School, dikutip dari wawancara Harvard Medicine News.
"Prosopagnosia juga bisa menjadi kondisi seumur hidup yang disebabkan oleh kelainan genetik atau perkembangan, disebut sebagai prosopagnosia perkembangan, mempengaruhi satu dari 33 orang," lanjut DeGutis.
Banyak orang memandangi buta wajah bukan gangguan kesehatan yang serius. Padahal, dampaknya bisa mengurangi aktivitas sosial seperti mendapati kesempatan kerja, kata DeGutis. Prosopagnosia membuat kita sulit berjejaring dengan banyak orang, dan dapat menyebabkan penderita mengalami tekanan sosial dan malu.
"Mengenali seseorang adalah tanda sosial, yang menunjukkan bahwa 'kamu penting bagiku'," terangnya. Selain itu, prosopagnosia juga dapat memengaruhi individu pada spektrum autisme, dan bahkan bisa terjadi saat seseorang mengalami perunan kognitif karena penuaan.
DeGutis dan tim melakukan kinerja pencocokan wajah pada beberapa orang yang didiagnosis prosopagnosia. Mereka yang diteltiti adalah yang secara ketat dan longgar dalam hasil diagnosis. Hasil seperti ini memungkinkan bahwa di luar sana masih ada yang mengalami prosopagnosia, tetapi tidak menyadarinya.
Para peneliti membagikan kuesioner secara daring dan tes kepada 3.341 orang. Para peneliti bertanya tentang pengalaman mereka dalam mengenali wajah di kehidupan sehar-hari. Kemudian, tes yang diberikan adalah cara menilai apakah mereka kesulitan mempelajari wajah batu atau mengenali wajah yang sebenarnya sangat familiar atau terkenal.
Baca Juga: Masker Berdampak Pada Penurunan Kinerja Kognitif dan Pemecahan Masalah
Baca Juga: Seni Membaca Wajah dari Tiongkok Kuno Ungkap Kesehatan dan Karakter
Baca Juga: Fakta Terbaru: Otak Manusia Mampu Menyimpan Ingatan 10.000 Wajah
Source | : | Harvard Medical School |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR