Nationalgeographic.co.id—Paleontolog melaporkan telah menemukan fosil burung laut raksasa di Selandia Baru. Burung tersebut adalah petrel raksasa dengan paruh tajam yang hidup 3 juta tahun yang lalu.
Sekitar 3 juta tahun yang lalu, petrel raksasa meneror langit dan lautan belahan bumi selatan dengan paruh bengkok dan mata tajam mereka yang mematikan, menurut studi baru tersebut.
Penemuan tersebut, berdasarkan tengkorak yang terawetkan dengan baik dan humerus yang lapuk (tulang sayap atas) predator kuno dari Pulau Utara Selandia Baru.
Temuan itu menandai satu-satunya spesies petrel raksasa yang telah punah dalam catatan. Para peneliti melaporkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan baru-baru ini di jurnal Taxonomy. Studi yang terbit pada Januari 2023 ini bertajuk, "A New Giant Petrel (Macronectes, Aves: Procellariidae) from the Pliocene of Taranaki, New Zealand".
Formasi Tangahoe, tempat penemuan fosil tersebut, "terus memberikan fosil burung laut yang luar biasa dan menjadi bagian penting dari teka-teki untuk memahami evolusi dan biogeografi burung laut di Selandia Baru dan sekitarnya," tulis tim tersebut dalam penelitian tersebut.
Pemburu fosil amatir Alastair Johnson menemukan tengkorak itu pada 2017 dan menemukan humerus dua tahun kemudian di tempat berbeda di sepanjang formasi batuan.
Para peneliti menamai spesies yang baru dideskripsikan Macronectes tinae, untuk menghormati mantan pasangan Johnson, Tina King. "Tengkorak petrel raksasa ini adalah fosil favoritnya, karena itu penghormatannya," catat mereka dalam penelitian tersebut.
Sebagai bukti nyata pertama dari spesies petrel raksasa yang telah punah, M. tinae menawarkan wawasan ahli paleontologi tentang bagaimana kerabat modernnya berevolusi.
Meskipun sekarang sudah punah M. tinae adalah bagian dari genus petrel raksasa (Macronectes), sebenarnya lebih kecil dari spesies modern Macronectes giganteus dan Macronectes halli, yang juga hidup di Belahan Bumi Selatan.
Petrel raksasa selatan (M. giganteus) dan petrel raksasa utara (M. halli) dapat tumbuh hingga panjang sekitar 3 kaki (1 meter) dari paruh ke ekor, dengan lebar sayap terkadang mencapai lebih dari 6 kaki (1,8 m).
Karena para ilmuwan memiliki bukti fosil M. tinae yang terbatas, sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa besar burung itu, kata rekan penulis studi Rodrigo Salvador, ahli paleontologi di Arctic University, Norwegia, kepada Live Science.
Tetapi berdasarkan fosil yang kami miliki, dia memperkirakan bahwa M. tinae seukuran petrel raksasa terkecil yang hidup saat ini. Itu berarti burung itu memiliki lebar sayap sekitar 5 kaki (1,5 meter.
Source | : | Live Science,Taxonomy |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR