Nationalgeographic.co.id—Anda mungkin pernah mendengar pepatah "pena lebih kuat dari pedang", tetapi pernahkah Anda mendengar bahwa pakaian pelindung berbahan kertas lebih kuat dari logam?
Itu bertentangan dengan semua yang telah kita pelajari tentang peperangan; dimana prajurit kekar biasanya dibalut baja atau besi pelat baja.
Dilansir dari Ancient Origins, dalam catatan Tiongkok kuno, menggunakan zirah berbahan kerta terkadang dianggap sebagai pilihan yang lebih baik.
Pembuatan kertas berasal dari Tiongkok 2.000 tahun yang lalu selama periode Han Timur. Kasim Cai Lun, dinobatkan dalam penemuan ini, meskipun contoh kertas yang lebih awal dan lebih kuno telah ditemukan.
Seperti yang mungkin telah kita tahu, sebelum ditemukannya kertas orang berkomunikasi melalui gambar dan simbol yang diukir di kulit pohon, dilukis di dinding gua, di papirus atau tablet tanah liat.
Dalam salah satu artikel American Forest & Paper association, disebutkan Selama abad ke-8, sekitar 300 tahun setelah penemuan Cai Lun, rahasia tersebut menyebar ke wilayah yang kini menjadi Timur Tengah.
Namun, butuh 500 tahun lagi bagi pembuatan kertas untuk memasuki Eropa. Salah satu pabrik kertas pertama dibangun di Spanyol, dan tak lama kemudian, kertas dibuat di pabrik-pabrik di seluruh Eropa.
Kehadiran kertas adalah penemuan yang sangat berpengaruh, memberikan permukaan tulis yang lebih praktis daripada bambu, kayu, maupun sutra.
Selain kegunaannya yang telah kita ketahui pada umumnya, orang-orang Tiongkok kuno bahkan menggunakannya untuk membuat zirah.
Secara historis, mereka telah menunjukkan kemampuan yang mengesankan untuk melindungi tentara dengan berbagai bahan, mulai dari cangkang kura-kura, perunggu, batu, kulit, hingga akhirnya baja,
Para ahli mendesainnya dengan pola potongan-potongan kecil berbentuk persegi, persegi panjang, dan berbentuk seperti sisik ikan untuk memberikan perlindungan yang optimal selama peperangan.
Yang mungkin mengejutkan adalah penyebutan zirah berbahan sutra dan kertas dalam catatan Tiongkok kuno.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | ancient origins,American Forest & Paper association |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR