Nationalgeographic.co.id - Amfibi purba sepanjang dua meter berenang seperti buaya jauh sebelum buaya sejati ada, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan 29 Maret 2023 dalam jurnal akses terbuka PLOS ONE oleh David P. Groenewald dari Universitas Witwatersrand, Afrika Selatan dan rekannya.
Makalah tersebut diberi judul “Unique trackway on Permian Karoo shoreline provides evidence of temnospondyl locomotory behaviour.”
Dr David Groenewald, penulis utama studi tersebut, mengatakan. “Jejaknya unik, dan sejauh yang saya tahu, satu-satunya kesan tubuh Permian dari amfibi rhinesuchid sebesar ini.”
Selama Periode Permian Akhir lebih dari 250 juta tahun yang lalu, Afrika Selatan adalah rumah bagi temnospondyl rhinesuchid, amfibi predator besar dengan tubuh mirip buaya atau salamander besar.
Batuan supergrup Karoo ditemukan di sebagian besar Afrika bagian selatan, mencapai sejauh timur Madagaskar dan sejauh utara Republik Demokratik Kongo dan selatan Kenya. Jejaknya ditemukan di cekungan utama, yang meliputi sebagian besar Afrika Selatan dan Lesotho.
Meskipun batuan tersebut memiliki rentang waktu lebih dari 150 juta tahun dari Karbon hingga Jurasik, mereka sangat berguna untuk mempelajari waktu yang dikenal sebagai Permian. Periode ini penting untuk dipelajari karena banyak kelompok hewan utama, seperti hiu dan kura-kura, pertama kali menonjol saat ini.
Selama Permian, Karoo dianggap sebagai laut besar dan dangkal yang dikelilingi oleh sungai dan laguna, dengan sedimen lunak yang membantu mengawetkan fosil tubuh berbagai jenis hewan. Namun sedimen juga cocok untuk melestarikan jejak fosil, yang menangkap aspek perilaku hewan.
Fosil dalam penelitian ini ditemukan di permukaan palaeo Dave Green, dinamai menurut nama pemilik tanah yang menarik perhatian para peneliti pada tahun 1990-an. Itu adalah serangkaian jejak yang ditinggalkan oleh kaki, sirip, perut, dan ekor hewan purba.
Misalnya, fosil kecil yang membentuk alur diyakini telah ditinggalkan oleh sirip ikan purba saat diseret sepanjang pasir ketika berenang. Sementara itu, jejak kaki kecil diyakini ditinggalkan oleh dicynodonts, yang jejak kakinya ditemukan di tempat lain di cekungan Karoo.
Namun, impresi yang lebih besar itulah yang menarik perhatian para ilmuwan. Membentuk dua rute yang hampir melingkar, diyakini mewakili jalur yang diambil oleh satu atau dua temnospondyl lebih dari 250 juta tahun yang lalu.
“Tidak seperti jejak fosil lainnya, bukan jejak kaki yang menonjol, melainkan jejak ekor dan tubuh,” jelas David. “Ini lebih besar dari banyak jejak tubuh amfibi fosil lainnya, yang sering kali kurang dari 30 sentimeter.”
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR