Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari ilmuwan Cornell University menemukan bahwa penggunaan Artificial Intelegence (AI) dalam percakapan berdampak negatif pada dimensi sosial. Penggunaan AI dalam percakapan memengaruhi cara orang memandang satu sama lain dan menimbulkan kesan anti sosial.
Seperti diketahui, komunikasi adalah proses dasar di mana orang membentuk persepsi tentang orang lain, membangun dan memelihara hubungan sosial, dan mencapai hasil kerja sama.
Kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT semakin banyak digunakan untuk menghasilkan segala jenis bahasa, mulai dari pesan teks dan postingan media sosial hingga program komputer dan pidato.
AI sudah banyak digunakan dalam komunikasi sehari-hari, tetapi meskipun ada kekhawatiran tentang efek negatif AI pada masyarakat, konsekuensi sosial dari penggunaannya untuk berkomunikasi sebagian besar masih belum dijelajahi.
Hasil analisis baru tersebut telah diterbitkan secara daring di Scientific Report. Makalah tersebut dipublikasikan dengan judul "Artificial intelligence in communication impacts language and social relationships."
"Kami menyelidiki konsekuensi sosial dari salah satu aplikasi Kecerdasan buatan paling luas, saran respons algoritmik (balasan cerdas), yang digunakan untuk mengirim miliaran pesan setiap hari," tulis para peneliti.
Para peneliti menunjukkan bahwa orang-orang yang menggunakan Artificial intelligence dalam percakapan dapat memiliki percakapan yang lebih efisien dan menggunakan bahasa yang lebih positif.
Namun, penggunaan Artificial intelligence atau kecerdasan buatan membuat dimensi sosial menjadi negatif, meski mereka memandang satu sama lain dengan lebih positif saat menggunakan alat obrolan yang mendukung kecerdasan buatan.
"Perusahaan teknologi cenderung menekankan utilitas alat kecerdasan buatan untuk menyelesaikan tugas lebih cepat dan lebih baik, tetapi mereka mengabaikan dimensi sosial," kata Malte Jung, profesor ilmu informasi.
"Kita tidak hidup dan bekerja dalam isolasi, dan sistem yang kita gunakan memengaruhi interaksi kita dengan orang lain."
Namun, selain efisiensi dan kepositifan yang lebih besar, kelompok tersebut menemukan bahwa ketika peserta berpikir pasangan mereka menggunakan lebih banyak tanggapan yang disarankan kecerdasan buatan, mereka menganggap pasangan tersebut kurang kooperatif, dan merasa kurang berafiliasi dengan mereka.
"Saya terkejut menemukan bahwa orang cenderung menilai Anda lebih negatif hanya karena mereka curiga Anda menggunakan kecerdasan buatan untuk membantu Anda menulis teks, terlepas dari bagaimana Anda sebenarnya," kata Jess Hohenstein.
Source | : | Scientific Reports,Cornell University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR