Nationalgeographic.co.id—Populasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, berada dalam masalah konservasi. Hal itu dipaparkan oleh lembaga konservasi Auriga Nusantara dengan adanya kematian dan individu yang tidak terekam kamera pendeteksi.
Dalam laporannya, 18 individu badak Jawa tidak terekam kamera pada 2021. Rupanya, tiga di antaranya mati di tahun 2020—2021. Dari kematian itu, dua di antaranya adalah betina. Kondisi ini dikhawatirkan membuat populasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon berada dalam ancaman.
"Atau informasi yang kita dapatkan Agustus 2022, ke-15 individu ini belum terekam kembali," kata Riszki Is Hardianto, peneliti Auriga Nusantara, dalam konferensi pers daring, Selasa 11 April 2023.
"Hal ini makin diperparah dengan tujuh dari 15 badak yang tidak terekam tersebut adalah betina. Jadi seperti yang kita ketahui perbandingan sex ratio jantan dan betina, itu perbandingannya agak enggak ideal, 1:1. Dengan kehilangan tujuh individu ini tentunya akan menjadi kehilangan yang sangat besar untuk kestabilan populasi di Ujung Kulon," lanjutnya.
Meski 15 badak yang masih hidup tidak muncul dalam rekaman pemantauan, Riszki berpendapat bahwa masih ada kemungkinan mereka masih hidup. Pasalnya, beberapa mitra yang terlibat dalam pemantauan, tidak menemukan bukti kematian atau tulang belulang badak jawa di lapangan.
Pihak Auriga Nusantara berpendapat, hilangnya 15 badak jawa karena adanya aktivitas perburuan. Hal itu dibuktikan pada tengkorak badak jawa yang mati tahun 2018, memiliki lubang. Kamera pantauan juga pernah mendapati badak jawa dengan dua lubang di tubuhnya. Auriga Nusantara menduganya sebagai bekas tembakan peluru.
Selain itu, laporan Auriga lainnya, ada banyak bukti rekaman kamera yang menunjukkan adanya pihak bersenjata api masuk TNUK secara ilegal. Aktivitasnya mulai menyebar di berbagai kawasan Ujung Kulon.
Informasi ini dikonfirmasi oleh berbagai pihak yang terlibat dalam konservasi badak jawa, mulai dari pegiat konservasi hingga warga sekitar taman nasional. "Habitat badak di Ujung Kulon penuh dengan aktivitas ilegal, termasuk orang-orang dengan bersenjata api," kata Ketua Auriga Nusantara Timer Manurung.
Menyusutnya populasi badak jawa
Pada Desember 2022, kabar udara segar datang dengan kelahiran badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Meski demikian, bukan berarti ancaman penyusutan populasi terhenti.
Ancaman perburuan membuat persebaran badak jawa berubah. Riszki menunjukkan peta kantong, atau titik kumpul badak jawa di TNUK yang tidak seluas dulu. Pada tahun 2013, kantong badak jawa berada di beberapa titik di utara, selatan, dan timur laut taman nasional. Namun, di tahun 2018—2020, selatan taman nasional mulai tidak ada aktivitas.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR