Dipol ini sangat mirip dengan kondisi hari ini, di mana curah hujan sering terjadi di Indonesia, dan menyebabkan berbagai bencana. Perubahan ini telah diamati menyerupai pola pada 17.000 tahun silam yang kondisinya lebih ekstrem. Bahkan, dipol masa lalu bisa mengeringkan Danau Victoria--salah satu danau terbesar di Afrika.
Baca Juga: Mengapa 'Hujan Bulan Juni' Sapardi Djoko Damono Begitu Populer?
Baca Juga: Jatuh Bangun Kekaisaran Tiongkok, Ternyata Dipengaruhi Curah Hujan
Baca Juga: Wahai Lembaga, Tempat & Waktu Bukan Lagi Masalah Jarak Kesadaran Iklim
Baca Juga: Perubahan Iklim, Rawa Garam Akan Tenggelam ke Laut Akhir Abad Ini
“Pada dasarnya, dipol mengintensifkan kondisi kering dan basah yang dapat mengakibatkan peristiwa ekstrem seperti peristiwa kering selama bertahun-tahun atau puluhan tahun di Afrika Timur dan peristiwa banjir di Indonesia Selatan,” kata Du.
Namun, para peneliti belum bisa memprediksi masa depan dengan pola dipol dan sistem transportasi udara panas yang baru terungkap ini. Sebab, perubahan iklim telah menyebabkan lebih banyak pencairan di kutub.
"Greenland saat ini mencair begitu cepat sehingga mengeluarkan banyak air tawar ke Samudra Atlantik Utara dengan cara yang berdampak pada sirkulasi laut," kata Russell.
“Pekerjaan yang dilakukan di sini telah memberikan pemahaman baru tentang bagaimana perubahan sirkulasi Samudera Atlantik dapat berdampak pada iklim Samudera Hindia dan melalui curah hujan di Afrika dan Indonesia.”
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR