Nationalgeographic.co.id—Perang saudara pasti pernah terjadi dalam sejarah berbagai negara akibat pergolakan politik. Di masa modern, seperti hari ini, perang saudara muncul akibat ketidakpuasan hasil pemilihan umum, pemberontakan, dan dua kubu (atau lebih) yang sama-sama ingin berkuasa.
Inggris, sebagai negara yang kekuasaannya hampir meliputi seluruh bumi, juga pernah mengalami sejarah perang saudara hebat. Perang saudara mereka memiliki nama yang cukup imut: Perang Mawar (Wars of the Roses).
Nama Perang Mawar diambil karena perang saudara yang terjadi antara dua wangsa di Inggris, yakni York yang dilambangkan dengan mawar putih, dan Lancaster dengan mawar merah. Kedua belah pihak, ketika perang pecah, masing-masing menggunakan lencana mawarnya sendiri.
Perang ini terjadi antara tahun 1455 dan 1487, tetapi penamaannya baru digunakan pada awal abad ke-19. Namun, nama Perang Mawar kemudian menjadi populer untuk menyebut kancah perebutan antara dua wangsa Inggris yang terjadi pada abad ke-15 itu.
Sebelum perang saudara ini terjadi, Inggris mengalami kekalahan besar setelah menghadapi Perancis di Perang Seratus Tahun. Ahli sejarah berpendapat bahwa perang saudara ini tidak mungkin terjadi jika Inggris tidak kalah.
Kondisi keuangan Kerajaan Inggris terkuras, menyebabkan kalangan bangsawan terpecah belah. Sementara banyak pasukan yang pada akhirnya menganggur, dan memenuhi perkampungan, alih-alih berperang.
Di tambah lagi, Inggris dipimpin oleh Henry VI (1421—1471) dari wangsa Lancaster. Pemerintahannya lemah, dipandang bodoh dalam berpolitik, dan juga mengalami penyakit mental sehingga disebut sebagai raja gila. Dia pun sembuh pada 1454 (setahun sebelum Perang Mawar).
Namun, yang jadi masalah adalah adanya persekongkolan dan perebutan kekuasaan. Yang diduga salah satu pemicunya adalah Richard Adipati York. Selama Henry VI sakit jiwa, dia berperan sebagai perwakilan kerajaan. Akan tetapi, dia tidak mau mundur setelah sang raja pulih, dan berambisi mendapat peran tertinggi dalam pemerintahan.
Kedua wangsa pun pada akhirnya bersitegang, dan pada akhirnya menjadi pertempuran bersenjata pada 1455. Inilah babak pertama pada Perang Mawar yang disebut sebagai pertempuran St Albans.
Wangsa York bersama bangsawan Neville menyerang istana kerajaan di St. Albans (30 kilometer ke utara dari pusat kota London), dan membunuh banyak bangsawan Lancaster. Konflik ini melibatkan senjata dan penggunaan tentara di antara kedua belah pihak.
Penyerangan ini menghasilkan kesepakatan, Henry VI tetap menjadi raja dari wangsa Lancaster, tetapi yang mewariskan takhta berikutnya adalah wangsa York. Hal ini membuat istri Henry VI, Margaret dari Anjou menolak pencabutan hak waris takhta yang seharusnya diturunkan ke putranya, Pangeran Wales Edward.
Maka, sang pangeran pun mengumpulkan pasukan untuk berperang demi wangsa Lancaster. Pangeran Edward pun memimpin pertempuran pada Desember 1455 di Wakefield. Dia berhasil mengalahkan wangsa York.
Pertikaian ini tidak berakhir sampai sini saja. Selanjutnya, Edward IV dari wangsa York dan anak Richard, memimpin pertempuran di Towton pada Maret 1461. Lagi-lagi, wangsa Lancaster mengalami kekalahan dan takhta dipegang oleh wangsa York.
Ahli sejarah berpendapat tentang sejarah Perang Mawar. Menurut mereka, setidaknya ada 17 pertempuran dalam Perang Mawar ini. Masing-masing wangsa mengklaim takhta. Perang saudara ini bahkan disebutkan sebagai rangkaian pertempuran paling berdarah dalam sejarah tanah Inggris.
Di segi pemerintahan, Inggris mengalami perubahan pemimpin beberapa kali. Dari Henry VI, digantikan oleh Edward IV dari wangsa York pada 1461. Kemudian, Henry VI berhasil merebut takhta kembali 1470, tetapi tidak berlangsung lama karena pertempuran membuat Edward IV kembali berkuasa.
Apa yang terjadi pada Pangeran Edward sebagai pewaris Henry VI? Setelah Pertempuran Towton, ia bersama ibunya berpindah ke Prancis. Keduanya tinggal di sana hingga 1471 dan meminta pertolongan raja Prancis, Louis XI.
Baca Juga: Kini Raja Charles, Siapa yang Dulu Jadi Raja Pertama Kerajaan Inggris?
Baca Juga: Tujuh Perempuan asal Inggris sampai Aceh Mengubah Sejarah Dunia
Baca Juga: Sejarah Ratu Charlotte, Benarkah Ratu Kulit Hitam Pertama di Inggris?
Baca Juga: Cerita Gigi Hitam Elizabeth I & Persekutuan dengan Kekaisaran Ottoman
Setelah itu, ia kembali ke Inggris dan memimpin pasukan bersama ibunya menghadapi putra Richard yang kini telah menjadi Edward IV. Serangan ini membuat Edward dan Margaret gagal melawan Wangsa York. Pangeran Wales itu kemudian tewas, membuat wangsa Lancaster tidak punya pewaris.
Pertikaian ini baru benar-benar usai pada 1485 ketika Richard III yang menjadi raja Inggris dari wangsa York berhasil dikalahkan di Pertempuran Bosworth. Dia dikalahkan oleh Henry VII dari wangsa Tudor.
Henry VII sendiri masih punya hubungan keluarga dengan wangsa Lancaster dari ibunya. Maka, setelah Richard III jatuh, ia yang menjadi raja yang kemudian terkenal karena putrinya, Elizabeth I yang kelak tidak kalah terkenal dari para leluhurnya.
Demikianlah akhir sejarah Perang Mawar, salah satu rangkaian berdarah dalam takhta Kerajaan Inggris.
Source | : | History,The Week |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR