Nationalgeographic.co.id—Pemakaman kuno berusia 2.000 tahun telah ditemukan di Paris, Perancis belum lama ini. Pemakaman kuno tersebut mengungkap keberadaan dunia bawah dalam mitologi Yunani, menurut para arkeolog.
Pekerjaan konstruksi di jantung kota Paris itu telah membuat pemakaman kuno tersebut terungkap ke publik. Para arkeolog akhirnya terlibat, dan mereka menemukan sisa-sisa kerangka orang dewasa, anak-anak, dan bahkan babi.
Pemakaman kuno itu, menurut para arkeolog, adalah pemakaman yang terlupakan dan setidaknya terdapat 50 kuburan di sana.
Pemakaman tersebut ditemukan di dekat stasiun kereta yang ramai di pusat kota Paris oleh para arkeolog yang menggali situs tersebut sebelum pekerjaan konstruksi.
Ribuan komuter tanpa sadar menginjak tanah hanya 10 kaki (3 meter) di atas kuburan berusia 2.000 tahun, yang merupakan situs pemakaman terbesar yang diketahui di kota Lutetia, Gallo-Romawi.
Kota kuno itu tersebar di 10 acre (4 hektar) di masa kejayaannya dan berada di tepi Sungai Seine, tempat Katedral Notre Dame berdiri saat ini, menurut Kementerian Kebudayaan Prancis.
Situs itu, yang dikenal sebagai "Pemakaman Saint James", terletak di selatan Lutetia dan terbentang di sepanjang salah satu jalan raya utamanya, cardo maximus buatan Romawi.
Para arkeolog memperkirakan bahwa situs tersebut digunakan sebagai kuburan antara abad pertama dan ketiga M, sebelum ditinggalkan pada abad keempat.
“Secara keseluruhan, sejarah kuno Paris kurang dipahami,” kata Dominique Garcia, presiden Institut Riset Arkeologi Pencegahan Nasional (INRAP) Prancis, seperti dilansir Live Science.
“Kami akan dapat melakukan studi DNA berkat tulang yang kami miliki dan temukan, jadi kami semakin dekat untuk memahami populasi Paris di Antiquity dengan lebih baik."
Arkeolog menggali sisa-sisa pria, wanita dan anak-anak, yang mereka pikir milik suku Galia yang disebut Parisii yang menjadi nama ibu kota Prancis.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR