Nationalgeographic.co.id - Para peneliti telah mendemonstrasikan bagaimana karbon dioksida dapat ditangkap dari proses industri—atau bahkan langsung dari udara tipis—lalu diubah menjadi bahan bakar yang bersih dan berkelanjutan hanya dengan menggunakan energi dari Matahari.
Para peneliti dari University of Cambridge mengembangkan reaktor bertenaga surya yang mengubah CO2 yang ditangkap dan sampah plastik menjadi bahan bakar berkelanjutan serta produk kimia berharga lainnya.
Dalam pengujian, CO2 diubah menjadi syngas, blok bangunan utama untuk bahan bakar cair berkelanjutan, dan botol plastik diubah menjadi asam glikolat, yang banyak digunakan dalam industri kosmetik.
Tidak seperti tes sebelumnya dari teknologi bahan bakar surya mereka, tim mengambil CO2 dari sumber dunia nyata—seperti knalpot industri atau udara itu sendiri. Para peneliti mampu menangkap dan memusatkan CO2 dan mengubahnya menjadi bahan bakar yang berkelanjutan.
Meskipun perbaikan diperlukan sebelum teknologi ini dapat digunakan pada skala industri, merupakan langkah penting menuju produksi bahan bakar bersih untuk menggerakkan perekonomian, tanpa perlu ekstraksi minyak dan gas yang merusak lingkungan.
Temuan ini telah diterbitkan di jurnal Joule pada 19 Juni 2023 bertajuk “Integrated capture and solar-driven utilization of CO2 from flue gas and air.”
Selama beberapa tahun, kelompok penelitian Profesor Erwin Reisner, yang berbasis di Departemen Kimia Yusuf Hamied, telah mengembangkan bahan bakar karbon net-zero yang berkelanjutan yang terinspirasi oleh fotosintesis.
Proses ketika tanaman mengubah sinar matahari menjadi makanan—menggunakan daun buatan. Daun buatan ini mengubah CO2 dan air menjadi bahan bakar hanya dengan menggunakan tenaga matahari.
Hingga saat ini, eksperimen berbasis surya mereka telah menggunakan CO2 murni dan terkonsentrasi dari sebuah silinder. Namun agar teknologi tersebut dapat digunakan secara praktis, teknologi tersebut harus dapat secara aktif menangkap CO2 dari proses industri, atau langsung dari udara.
Karena CO2 hanyalah salah satu dari banyak jenis molekul di udara yang kita hirup, membuat teknologi ini cukup selektif untuk mengubah CO2 yang sangat encer merupakan tantangan teknis yang sangat besar.
“Kami tidak hanya tertarik pada dekarbonisasi, tetapi juga defosilisasi—kami perlu sepenuhnya menghilangkan bahan bakar fosil untuk menciptakan ekonomi sirkular yang sesungguhnya,” kata Reisner.
Source | : | Tech Xplore |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR