Nationalgeographic.co.id - Para dewa dalam mitologi Yunani dan Romawi sering kali hampir tidak dapat dibedakan. Akan tetapi, dua peradaban Mediterania yang bertetangga ini memandang dewa perang mereka Ares dan Mars dengan sangat berbeda.
Menurut catatan Greek Reporter, Mars adalah dewa pelindung Roma dan dicintai oleh rakyatnya. Sebaliknya, orang Yunani memiliki hubungan yang lebih ambigu dengan Ares.
Dalam mitologi Yunani, Ares dipandang sebagai dewa yang terkadang mereka curigai dan benci.
Ares, dewa yang dijauhi?
Dalam mitologi Yunani, Ares adalah salah satu dari 12 Olympians. Ayahnya adalah Zeus, raja para dewa, dan ibunya adalah Hera, dewi pernikahan. Adiknya Eris adalah personifikasi perselisihan.
Sebagai dewa perang, dia mewujudkan aspek perang seperti keberanian dan kehormatan, tetapi juga haus darah dan kebiadaban. Menurut Robert Graves, "Semua makhluk abadi membencinya, dari Zeus hingga Hera ke bawah."
Dewa perang hanya dicintai oleh saudara perempuannya Eris, yang menyebarkan desas-desus dan kecemburuan untuk memicu perang. Hades, dewa dunia bawah, juga lebih menyukai Ares karena keinginannya untuk mengisi wilayahnya dengan orang mati.
Aphrodite adalah pengecualian utama lainnya dari kebencian para Olympian terhadap Ares. Kedua dewa tersebut digambarkan dalam mitologi Yunani sebagai kekasih terlarang.
Namun, suami Aphrodite, Hephaestus, pernah memergoki mereka beraksi dan menjerat mereka dalam jaring khusus yang telah dibuatnya. Dia kemudian mengundang dewa-dewa lain untuk menertawakan mereka dalam keadaan terkompromi.
Terlepas dari posisinya sebagai dewa perang, Ares sering dikalahkan oleh dewa lain, atau bahkan dewa dan manusia.
Dewi kebijaksanaan dan juga dewi perang Athena pernah mengalahkannya setidaknya dalam dua kesempatan dalam pertempuran. Pahlawan fana Diomedes menyerangnya selama Perang Troya dan Heracles memaksanya melarikan diri ke Olympus.
Orang Yunani kuno sendiri tampaknya menganggap Ares dengan penghinaan yang sama dengan yang dilakukan oleh para Olympian.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR