“Ketika mereka kembali ke pantai, para nelayan dapat terhubung ke internet dan melakukan pengamatan keadaan laut sendiri seperti kecepatan angin atau tinggi gelombang,” kata Dava Amrina.
"Pengamatan ini kemudian digunakan oleh BMKG untuk memverifikasi prakiraan mereka dan selanjutnya menyempurnakan model prediksi yang digunakan untuk membuatnya."
Berbagi pengalaman dapat memperluas dampak
Memiliki informasi laut dan kemampuan untuk menerapkannya dapat membantu mengurangi situasi berisiko dan bahkan menyelamatkan nyawa, seperti yang ditunjukkan oleh Mansur Dokeng, alumni Fisherman Weather Field School.
“Sekarang, kami tidak hanya mencoba memahami laut berdasarkan insting kami, tetapi dari informasi yang diberikan,” kata Dokeng, seraya menambahkan ia berharap lebih banyak lagi nelayan yang dapat mengikuti program tersebut.
Melalui program ini, GOOS dan BMKG bertujuan untuk mentransfer model Fisherman Weather Field School di Indonesia ke masyarakat pesisir lainnya di seluruh dunia.
“Kami ingin berbagi pengalaman, agar tidak hanya nelayan Indonesia yang mendapat manfaat dari informasi laut,” ujar Nelly Florida Riama.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | BMKG,UNESCO |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR