Nationalgeographic.co.id—Di Kekaisaran Romawi, anggur dapat diakses oleh banyak orang. Minuman ini menjadi kebutuhan pokok dan bagian tak terpisahkan dari perekonomian dan perdagangan Romawi. Dari perawatan medis, memasak, hingga upacara untuk dewa, semuanya menggunakan anggur.
Namun tidak semua bisa menikmati anggur. “Di Kekaisaran Romawi, wanita yang mabuk karena anggur bisa dijatuhi hukuman,” tulis Lily Moore di laman The Conversation.
Hukum dan tradisi Romawi kuno mengatur otonomi tubuh wanita. Batas-batas moralitas wanita dikaitkan dengan gagasan tentang kedudukan, otoritas sosial, dan martabat.
Salah satu cara mengontrol perempuan adalah melalui praktik minum mereka.
Hukuman untuk minum anggur bagi wanita di Kekaisaran Romawi
Dalam hukum adat Romawi awal, disiplin ketenangan perempuan ditanamkan melalui hukuman.
Hal ini dimulai sejak awal Romawi hingga era Republik pertengahan. Saat itu, sudah menjadi kebiasaan yang disetujui secara sosial bagi suami untuk menghukum istri karena minum minuman beralkohol.
Cato the Elder berkata terus terang, “Jika Anda melihat istri Anda minum anggur, bunuh dia!”
“Banyak sumber Romawi Kuno berbicara tentang peminum wanita dan perzinahan secara bersamaan,” tambah Moore.
Pada tahun 2 Sebelum Masehi, Julia, putri Kaisar Augustus, diasingkan dari Roma oleh ayahnya karena perilakunya yang tidak setia. Salah satu larangan penting yang diberikan Augustus terhadap Julia adalah larangan untuk minum anggur.
Dalam hal ini, Augustus mengaitkan mabuk karena anggur dan perzinahan.
Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa hasrat mabuk wanita mengarah pada pesta pora. Dalam beberapa kasus, pesta pora itu bisa mengakibatkan kematian.
Source | : | The Conversation,Wondrium Daily |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR