Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah Mesir kuno, praktik okultisme sangat umum, khususnya dalam penggunaan jimat sakti pada orang yang meninggal. Jimat ini dipercaya dapat mendatangkan bantuan dari para dewa di akhirat.
Bagi para pengamat di masa lalu, praktik okultisme bangsa Mesir kuno benar-benar menarik imajinasi. Tidak seperti agama-agama lain di zaman yang sama, orang Mesir kuno berusaha berusaha membuat dewa-dewanya untuk “melayani” mereka. Bagaimana caranya? Orang Mesir kuno melakukannya melalui mantra dan penggunaan jimat ajaib.
Penggunaan jimat ajaib dalam sejarah Mesir kuno
Bahan, warna, dan bentuk merupakan ciri-ciri yang relevan dari jimat Mesir kuno. Selama ribuan tahun, praktik memakai jimat sakti semakin dikaitkan dengan orang mati.
Dalam kebudayaan Mesir kuno, terdapat banyak dewa dewi. Namun ada tiga dewa inti yang berkaitan dengan kematian dan akhirat. “Mereka adalah Osiris, dewa Dunia Bawah, istrinya, Isis, dan putra mereka, Horus,” tulis Michael Arnold di laman The Collector.
Berdasarkan Book of the Dead, pendeta meminta keluarga ilahi ini untuk melakukan perintah orang yang meninggal saat di akhirat. Caranya adalah lewat jimat yang disematkan pada mumi.
Dalam sejarah Mesir kuno, ada beragam jimat atau amulet yang disematkan pada orang yang meninggal. Setiap jimat itu memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam sejarah Mesir kuno.
Jimat jantung
Relevansi jantung manusia di Mesir kuno sebanding dengan gagasan manusia modern tentang otak. Menurut ahli Mesir kuno E.A. Wallis Budge, orang Mesir kuno menganggap jantung sebagai pusat kekuasaan dan kehidupan. Siapa pun yang menguasai jantung, akan dijaga di akhirat.
Maka, setelah seseorang meninggal, jantung ikut dalam proses mumifikasi. Faktanya, organ itu sendiri diubah menjadi jimat ajaib. Dan simbol terkaitnya adalah guci. Biasanya jantung jenazah akan diambil dan diamankan di dalam guci.
Guci itu harus terbuat dari lapis-lazuli, batu biru tua yang terkenal akan kekuatan supernaturalnya. Batu ini dianggap sebagai batu yang sangat mulia. Jadi masuk akal untuk menggunakannya untuk melindungi organ yang paling penting baik di kehidupan maupun di Dunia Bawah.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR