Kekaisaran Persia bukan sekadar kekaisaran militer yang diperintah dengan pedang dan kekerasan. Kekaisaran Persia adalah kekuasaan yang terintegrasi dan terpusat dengan birokrasi yang matang. “Juga infrastruktur politik yang berfungsi dengan baik,” tulis Jonny Johnson di laman Big Think. Semua dijalankan melalui sistem satrap atau penjaga provinsi.
Satrap adalah gubernur lokal yang diangkat oleh kaisar dan diberi kebebasan regional tertentu untuk melakukan yang terbaik. Namun semuanya harus bermanfaat bagi kekaisaran.
Ada sekitar 20 satrap yang menguasai wilayah seluas 5 juta kilometer persegi. Alih-alih pelimpahan kekuasaan secara total, sistem ini menciptakan zona administratif. Zona administratif ini memfasilitasi pemerintahan yang efektif namun dengan pengawasan yang teratur.
Taman yang indah
Alasan sebagian besar rumah memiliki taman atau pekarangan mungkin karena bangsa Persia. Orang Mesir kuno punya oasis yang indah, orang Babilonia punya Taman Gantung.
Sedangkan orang Persia menjadikan taman sebagai hal yang umum. Orang Persia kuno memandang taman sebagai surga di bumi. Siapa pun yang mampu akan menyewa tukang kebun lanskap atau ahli hortikultura. Mereka akan memastikan sesuatu yang hijau dan indah selalu terlihat di rumah.
Menurut sejawaran kuno Herodotus, kaisar Xerxes I bahkan memiliki kebun buah-buahan. Kebun itu dipenuhi dengan segala jenis pohon yang menghasilkan buah yang dapat dimakan.
Toleransi di Kekaisaran Persia
Di bawah kaisar-kaisar besar Dinasti Akhemeniyah, orang-orang yang ditaklukkan diizinkan untuk mempertahankan keyakinan dan praktik keagamaan mereka. “Selama hal itu tidak mengganggu stabilitas Kekaisaran Persia,” tambah Johnson lagi.
Kekaisaran Persia membentang di tiga benua dan merupakan federasi yang beragam dan terdiri dari banyak suku, etnis, dan identitas agama. Adalah hal yang wajar jika seorang Yahudi, Manichaean, atau Zoroastrian memperdebatkan teologi dalam wadah peleburan budaya yaitu Persepolis.
Hasilnya, wilayah-wilayah di Kekaisaran Persia menjadi sumber inovasi ilmiah, filosofis, dan teknologi yang hebat. Kerajaan-kerajaan sebelum Persia, seperti Mesir kuno dan Asiria, memaksa orang-orang untuk tunduk pada dewa-dewa mereka. Rakyat juga harus mengikuti tradisi dan kepercayaan pemimpinnya.
Salah satu kaisar sekaligus pendiri Dinasti Akhemeniyah, Cyrus the Great, dianggap sebagai pendukung awal hak asasi manusia oleh banyak orang. Di seluruh kekaisarannya, Cyrus menerapkan kebijakan toleransi beragama. Kebijakan bijaknya telah dikagumi dan ditiru oleh para penguasa, negarawan, dan filsuf hingga saat ini.
Kekaisaran Persia telah memberikan banyak hal kepada dunia modern. Kekaisaran ini merupakan pusat dunia kuno selama setengah milenium.
Kekaisaran Persia adalah kekaisaran pertama yang memiliki ambisi tulus: menyatukan banyak orang di bawah satu kekaisaran. Persia adalah salah satu kekaisaran pertama yang menyadari bahwa keberagaman dan multikulturalisme bisa menjadi kekuatan.
Sayangnya, keberhasilan Kekaisaran Persia sering diabaikan dalam diskusi sejarah. Dalam banyak hal, dan ironisnya, hal ini sebagian disebabkan oleh keberhasilan inovasi Kekaisaran Persia. Jalan raya, layanan pos, dan birokrasi administratif terpusat diwarisi oleh kekaisaran penerus yang lebih banyak kita bicarakan, seperti Romawi dan Kekhalifahan Abbasiyah.
Namun kita tidak boleh melupakan Kekaisaran Persia, dari sanalah peradaban modern dimulai.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | Big Think |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR