Nationalgeographic.co.id—Lembah Para Ratu merupakan situs yang memiliki makna mendalam dalam catatan sejarah Mesir kuno. Pekuburan terpencil ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi para ratu dan wanita berpangkat tinggi di Mesir kuno, serta beberapa pangeran dan bangsawan lainnya.
Lembah ini merupakan harta karun berupa seni, arsitektur, dan sejarah, yang menawarkan sekilas kepercayaan dan adat istiadat yang dipegang teguh dari sebuah peradaban yang telah lama memikat imajinasi dunia.
Di antara labirin makamnya, yang paling terkenal adalah makam Ratu Nefertari, istri tercinta Firaun Ramses II.
Lembah Para Ratu yang pada zaman kuno dikenal sebagai Ta-Set-Neferu atau "Tempat Keindahan" berakar pada periode Kerajaan Baru di Mesir kuno, yang berlangsung dari abad ke-16 hingga ke-11 SM.
Era ini ditandai dengan kebangkitan arsitektur monumental, reformasi agama, dan penaklukan militer, yang membuka jalan bagi pembangunan makam rumit untuk bangsawan.
Meskipun Lembah Para Raja, yang terletak di dekatnya didedikasikan untuk pemakaman para firaun, Lembah Para Ratu menjadi pekuburan pilihan bagi para istri, anak perempuan, dan kerabat perempuan lainnya dari para penguasa tersebut.
Beberapa pangeran dan bangsawan juga dimakamkan di sini, menjadikannya gudang makam yang beragam dari berbagai masa pemerintahan.
Periode paling termasyhur di Lembah Para Ratu terjadi pada masa pemerintahan Ramses II, salah satu firaun Mesir kuno yang paling berkuasa dan berkuasa lama, yang memerintah sekitar tahun 1292 hingga 1189 SM.
Di manakah Lokasi Lembah Ratu?
Lembah Para Ratu adalah bagian dari Nekropolis Thebes yang lebih besar, sebuah kawasan yang kaya akan makna sejarah dan arkeologi. Lokasinya terletak di tepi barat Sungai Nil, dekat kota modern Luxor di Mesir selatan.
Lembah ini dikelilingi perbukitan batu kapur terjal di Pegunungan Theban, yang menjadi penghalang alami sekaligus latar belakang tenang bagi pekuburan kuno ini.
Kedekatannya dengan Sungai Nil membuatnya mudah diakses untuk kegiatan konstruksi dan ritual. Lokasinya yang tidak jauh dari Lembah Para Raja, keduanya sering dipelajari bersamaan untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang praktik penguburan Kerajaan Baru.
Letak geografis Lembah Para Ratu sangat simbolis. Tepi barat Sungai Nil dikaitkan dengan dunia orang mati dalam kepercayaan Mesir kuno, karena matahari terbenam di barat, melambangkan hari kematian.
Hal ini membuat tepi barat menjadi lokasi ideal untuk makam dan kuil kamar mayat, selaras dengan pandangan kosmologis orang Mesir.
Pemandangan alam itu sendiri, termasuk bentuk perbukitan dan tebing, sering diartikan memiliki makna religius, terkadang dipandang mencerminkan gundukan ciptaan purba dalam mitologi Mesir kuno.
Lembah Para Ratu adalah rumah bagi lebih dari 90 makam, masing-masing memiliki fitur unik, makna sejarah, dan kondisi pelestariannya. Makam-makam tertentu menonjol karena kontribusi artistik, arsitektur, dan sejarahnya terhadap pemahaman kita tentang budaya Mesir kuno.
Yang paling terkenal tidak diragukan lagi adalah makam Ratu Nefertari, yang ditetapkan sebagai QV66. Ditemukan pada tahun 1904 oleh Egyptologist Italia Ernesto Schiaparelli, makam Nefertari sering dipuji sebagai Kapel Sistina di Mesir kuno.
Dindingnya dihiasi dengan lukisan dinding berwarna cerah yang menggambarkan perjalanan ratu melewati akhirat, dipandu oleh berbagai dewa. Kualitas karya seni dan kekayaan warnanya tak tertandingi, menjadikannya sebuah mahakarya seni Mesir kuno.
Makam penting lainnya adalah makam Ratu Titi, yang diberi label QV52. Meski tidak semegah makam Nefertari, makam Titi terkenal karena relief dan prasastinya yang terpelihara dengan baik, memberikan wawasan berharga tentang teks keagamaan pada masa itu.
Makam Pangeran Khaemweset, putra Ramses II, juga menarik. Khaemweset adalah seorang pendeta dan dipuji atas upaya restorasi di lembah tersebut selama hidupnya.
Makamnya, meski lebih kecil dibandingkan makam ratu, penting karena prasastinya merinci gelar dan perannya, menjelaskan tugas keagamaan dan administratif para pangeran kerajaan.
Selain itu, Lembah Para Ratu juga berisi beberapa makam lain yang, meskipun kurang terkenal, namun tetap penting karena berbagai alasan.
Beberapa dihargai karena artefak yang dikandungnya, seperti perhiasan, jimat, dan toples kanopi, yang digunakan untuk menyimpan organ dalam orang yang meninggal.
Yang lainnya penting karena prasastinya, yang mencakup doa, mantra, dan himne yang dimaksudkan untuk membantu orang yang meninggal di akhirat.
Teks-teks ini sangat berharga bagi para sarjana yang mempelajari agama Mesir kuno dan praktik pemakaman. Makam di Lembah Para Ratu juga telah menjadi subyek berbagai ekspedisi arkeologi yang bertujuan untuk penemuan dan pelestarian.
Teknologi modern, seperti radar penembus tanah dan pemetaan digital, telah digunakan untuk menjelajahi lembah lebih jauh, mengungkap ruang-ruang yang sebelumnya tidak diketahui dan menawarkan jalan baru untuk penelitian.
Upaya berkelanjutan ini terus memperkaya pemahaman kita tentang situs menakjubkan ini, menjadikan setiap makam sebagai bagian dari teka-teki yang lebih besar, yang jika dirangkai, memberikan pandangan komprehensif tentang kehidupan, kematian, dan keabadian di mata orang Mesir kuno.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR