Nationalgeographic.co.id–Dalam sejarah abad pertengahan, kucing mempunyai reputasi buruk karena sering dikaitkan dengan paganisme, ilmu sihir dan hal-hal gaib. Kucing sering kali dicurgai dengan reputasi tersebut dan diasosiasikan dengan setan.
Namun demikian, terlepas dari reputasi buruknya, manuskrip abad pertengahan secara mengejutkan menampilkan gambar-gambar lucu dari teman berbulu kita.
Madeleine S. Killacky, kandidat PhD Bangor University menulis untuk The Conversation. Menurutnya dari penggambaran (yang seringkali sangat lucu) itu, kita dapat belajar banyak tentang kehidupan kucing dalam sejarah abad pertengahan.
Salah satunya adalah bahwa mereka adalah bagian utama dari kehidupan sehari-hari abad pertengahan. Pada Abad Pertengahan, laki-laki dan perempuan sering diidentifikasi berdasarkan hewan yang mereka pelihara.
Monyet peliharaan, misalnya, dianggap eksotik dan pertanda pemiliknya kaya raya, karena didatangkan dari negeri yang jauh. Hewan peliharaan menjadi bagian dari identitas pribadi kaum bangsawan.
Memelihara hewan yang diberi perhatian, kasih sayang, dan makanan berkualitas tinggi tanpa tujuan fungsional—selain persahabatan—menandakan status yang tinggi.
Bukan hal yang aneh bagi pria dan wanita berstatus tinggi dalam sejarah abad pertengahan untuk membuat potret mereka bersama dengan hewan peliharaan. Hewan peliharaan yang paling sering adalah kucing dan anjing, untuk menandakan status tinggi mereka.
Melihat gambar kucing dalam ikonografi pesta dan ruang domestik lainnya merupakan hal yang lumrah, yang tampaknya mencerminkan status mereka sebagai hewan peliharaan dalam rumah tangga abad pertengahan.
Dalam Perjamuan Terakhir Pietro Lorenzetti, seekor kucing duduk di dekat api sementara seekor anjing kecil menjilati sepiring sisa makanan di lantai.
Kucing dan anjing tidak memainkan peran naratif dalam adegan tersebut, melainkan memberi isyarat kepada pemirsa bahwa ini adalah ruang domestik.
Demikian pula, dalam miniatur Buku Jam Belanda (sejenis buku doa umum di abad pertengahan yang menandai pembagian hari dengan doa-doa tertentu), seorang pria dan wanita tampil dalam suasana rumah tangga yang nyaman sambil dijaga dengan baik.
Kucing menatap dari sudut kiri bawah. Sekali lagi, kucing bukanlah pusat gambar atau fokus komposisi, namun diterima di ruang domestik abad pertengahan ini.
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR