Para pengungsi ini menghidupkan kembali permukiman yang hancur. Mereka memulihkan rumah-rumah yang ditinggalkan, membersihkan puing-puing, dan mengubah lahan kosong menjadi taman. Pada pertengahan tahun 1500-an, hampir setiap penduduk baru di Tiberius berasal dari Iberia.
Krisis pengungsi di Kekaisaran Romawi dalam sejarah dunia
Pada abad keempat Masehi, Kekaisaran Romawi menghadapi krisis pengungsi. Bangsa Hun menyerbu dari Timur, menguasai suku-suku Jermanik dan Goth yang melarikan diri menuju perbatasan kekaisaran.
Dalam beberapa tahun saja, 200.000 orang Goth berbaris di tepi sungai Danube, perbatasan utara Roma, memohon suaka. Kaisar Romawi Timur, Valens, menerima orang Goth ke wilayahnya untuk membantu berperang melawan Persia.
Kekaisaran Romawi Barat menampung orang-orang Goth di kamp-kamp yang menjadi jebakan maut. Pejabat yang korup mencuri makanan dan barang yang ditujukan untuk gerombolan kelaparan. “Para pengungsi yang putus asa terpaksa menjual anak-anak mereka demi daging anjing untuk mengisi perut,” tambah Rinquist.
Segera, orang-orang Goth memberontak. Orang-orang Jerman yang sudah tinggal di dalam kekaisaran memutuskan hubungan dan bergabung dengan penjajah. Pada tahun 378 Masehi, bangsa Goth bentrok dengan tentara Kekaisaran Romawi di Adrianople. Kaisar Valens dan sebagian besar pasukannya dibantai. Pada tahun 410 Masehi, bangsa Goth yang semakin berani menjarah Kota Roma.
Huguenot
Pada tahun 1685, Raja Louis XIV mencabut Dekrit Nantes, yang melindungi kebebasan beragama di Prancis. Para pendeta Protestan diberi waktu 2 minggu untuk menganut agama Katolik atau keluar dari wilayah Prancis. Orang awam bahkan tidak diberi pilihan. Akibatnya, gelombang Calvinis Prancis yang dikenal sebagai Huguenot melarikan diri ke Belanda, Swedia, Prusia, Irlandia, dan Inggris.
Menurut penelitian terbaru, satu dari enam warga Inggris memiliki keturunan Protestan Prancis. Pada awal abad ke-18, 5 persen penduduk London adalah penganut Huguenot. Inggris akhirnya menyediakan rumah bagi 650.000 pengungsi ini.
Keahlian mereka dalam menenun sutra, percetakan, pembuatan lemari, metalurgi, dan pembuatan jam tangan merevitalisasi perekonomian Inggris.
Asal-usul Masyarakat Laut dalam sejarah dunia
Pada abad ke-13 Sebelum Masehi, Masyarakat Laut meneror Mediterania. Gelombang kehancuran mereka meratakan peradaban dan membuka jalan bagi bangsa Yunani dan Romawi untuk berkembang.
Identitas para perampok ini masih menjadi misteri. Teori yang paling populer adalah bahwa mereka muncul dari runtuhnya Kekaisaran Het di Anatolia dan Kekaisaran Mycenaean di Yunani.
Peradaban yang hancur ini menyebabkan pengungsi membanjiri pesisir Levant dan Siprus. Beberapa orang percaya bahwa populasi dari wilayah Laut Hitam juga menambah jumlah Masyarakat Laut.
Salah satu kelompok Masyarakat Laut berada di Mesir telah menarik perhatian khusus. Suku “Teresh” diyakini adalah suku Tyrrhenian. Menurut Strabo, ini adalah nama kuno orang Etruria dan asal muasal nama Laut Tyrrhenian.
Menurut legenda, orang Tyrrhenian adalah pengungsi dari Troya. Orang-orang Yunani Mycenaean menghancurkan tanah air orang Troya dan memaksa mereka untuk bermukim di tempat yang sekarang disebut Tuscany.
Source | : | Listverse |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR