Nationalgeographic.co.id—Dewi Fortuna atau Tyche dalam bahasa Yunani, adalah dewi keberuntungan dalam mitologi Yunani yang memiliki kekuatan melebihi Zeus. Meski Dewi Fortuna bukan salah satu dari dua belas Olympian, namun kekuatannya melebihi mereka.
Orang Yunani kuno percaya pada penyebab supernatural dari hampir semua peristiwa dan menghubungkannya dengan dewi Tyche. Bangsa Romawi juga mempercayainya, dan menamainya Dewi Fortuna.
Kata nasib baik (fortune) dalam bahasa Inggris berasal dari Fortuna. Beberapa bahkan memanggilnya Lady Luck, dari musikal Broadway Guys and Dolls dan lagu hit Frank Sinatra, Luck be a Lady Tonight.
Sang dewi bukanlah salah satu dari dua belas Olympian, namun kekuatannya melebihi kekuatan mereka.
Sehingga, para dewa dan manusia sama-sama memberinya tempat yang luas. Kekuatannya melampaui Zeus, namun saat ini, dia banyak dilupakan.
Tyche atau dewi Fortuna mewakili keberuntungan, atau nasib baik atau buruk, meskipun ia diyakini membawa lebih banyak nasib baik daripada nasib buruk.
Dia adalah dewi yang sempurna dalam mitologi Yunani. Pada tahun 500 SM, ia menjadi begitu populer sehingga puluhan kota di Yunani mengadopsinya sebagai dewa pelindung mereka.
Kemudian ketika Alexander Agung menghubungkan kemenangannya di medan perang dengan Dewi Fortuna, dia menjadi lebih populer.
Namun demikian, karena dia tidak dapat diprediksi, ketika para pemujanya mendirikan kuil, mereka sering menggabungkan Tyche dengan dewi-dewi lain untuk melindungi taruhan mereka.
Misalnya, patung Athene-Isis-Tyche adalah hal yang umum di dunia Yunani kuno. Tiga dewi mitologi Yunani ini mewakili Athene untuk kebijaksanaan, Isis untuk kebajikan dan Tyche untuk keberuntungan.
Namun, berbagi pujian bisa jadi tidak pasti, karena Tyche tidak suka berbagi. Seorang petani yang menemukan vas berisi koin di ladang yang dibajaknya dapat dengan mudah kehilangannya, jika mengucapan terima kasih kepada dewi yang salah.
Pemengaruh Yunani kuno
Tyche tidak sendirian dalam menentukan peristiwa-peristiwa kehidupan. Dia bekerja melawan dewi Nemesis. Mereka dianggap berada dalam pertandingan atau perseteruan mitologi Yunani yang konstan.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR