Nationalgeographic.co.id – Kesatria Teutonik merupakan ordo militer dan keagamaan yang kuat. Memainkan peran penting dalam sejarah Perang Salib di Eropa Abad Pertengahan, mereka bertujuan untuk mempertahankan Tanah Suci dan menyebarkan agama Kristen.
Sejarah mereka yang mengesankan, ditandai dengan ekspansi, penaklukan dan akhirnya kemunduran. Yang tidak disadari banyak orang adalah mereka tidak pernah bubar, masih beroperasi di abad ke-21.
Asal-usul dan Pendirian Ordo
Pada tahun 1190, di tengah kekacauan Perang Salib Ketiga, lahirlah Ordo Teutonik. Para pendirinya, Adipati Frederick dari Swabia dan Henry Walpot von Bassenheim, awalnya menciptakan ordo sebagai persaudaraan rumah sakit untuk membantu peziarah Kristen yang melakukan perjalanan ke Tanah Suci.
Misi mereka adalah memberikan bantuan dan perlindungan medis pada saat konflik dan kekacauan. Seiring berjalannya waktu, ordo tersebut berkembang menjadi organisasi militer, didorong oleh keinginan untuk mempertahankan Tanah Suci dan mengubah umat non-Kristen menjadi Kristen.
Dengan dukungan kepausan dan bertambahnya jumlah kesatria, Ordo Teutonik dengan cepat memperoleh pengaruh dan kekuatan.
Transformasi ini meletakkan dasar bagi upaya mereka di masa depan, membentuk nasib mereka sebagai kekuatan yang tangguh di Eropa abad pertengahan.
Tujuan dan Sumpah Kesatria Teutonik
Kesatria Teutonik terikat oleh tiga sumpah suci yaitu kemiskinan, kesucian, dan ketaatan. Sumpah ini menunjukkan dedikasi mereka terhadap kehidupan pelayanan, pengorbanan, dan pengabdian pada iman Kristen.
Sebagai anggota ordo militer, para kesatria juga merupakan pejuang yang terampil, dilatih untuk berperang melawan orang-orang yang mereka anggap musuh gereja.
Tujuan ganda mereka, mempertahankan Tanah Suci dan mengubah agama non-Kristen melalui Perang Salib – memicu serangkaian konflik brutal yang dikenal sebagai Perang Salib.
Hubungan dekat ordo tersebut dengan Gereja Katolik, semakin memperkuat perjuangan mereka dan memungkinkan untuk memperluas jangkauan ke negara-negara baru.
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR