Nationalgeographic.co.id—Kesatria Templar adalah ordo militer kuat dan kaya yang memainkan peran penting dalam sejarah Perang Salib pada abad ke-12 dan ke-13.
Ordo Kesatria Templar secara resmi dikenal sebagai Prajurit Miskin Kristus dan Kuil Sulaiman. Ordo ini didirikan di Yerusalem pada 1119 oleh sembilan kesatria Perancis. Tujuannya, melindungi peziarah Kristen yang melakukan perjalanan ke Tanah Suci.
Kesatria Templar dengan cepat mendapat dukungan dari Gereja Katolik. Keanggotaan mereka berkembang pesat, menarik para kesatria, bangsawan, bahkan bangsawan dari seluruh Eropa.
Ordo ini terkenal karena keberanian mereka dalam pertempuran, disiplin militer, dan komitmen mereka untuk melindungi kepentingan Kristen di Tanah Suci.
Kekayaan dan pengaruh ordo tersebut juga tumbuh. Mereka mengumpulkan sejumlah besar properti dan aset keuangan melalui sumbangan dan warisan dari para dermawan kaya.
Kesatria Templar menjadi salah satu organisasi terkaya dan terkuat di Eropa. Mereka memiliki aset di banyak negara dengan jaringan kontak serta sekutu yang luas.
Ordo ini menjadi terkenal karena kode etiknya yang ketat dan gaya berpakaian khasnya. Pakaian mereka berwarna putih yang dihiasi dengan palang merah sederhana.
Para anggota bersumpah akan kemiskinan, kesucian, dan kepatuhan. Mereka tidak diperbolehkan menenggak minuman keras dan berjudi. Doa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ketika Kesatria Templar bertambah besar dan berstatus. Mereka membentuk babak baru di seluruh Eropa Barat.
Pada puncak pengaruhnya, para Templar memiliki armada kapal yang cukup besar. Mereka memiliki pulau Siprus di Mediterania, dan berperan sebagai bank utama dan lembaga pemberi pinjaman kepada para raja dan bangsawan Eropa.
Kesatria Templar Mempertahankan Tanah Suci
Meskipun tujuan awalnya adalah untuk melindungi para peziarah dari bahaya, Kesatria Templar semakin memperluas tugasnya. Mereka menjadi pembela negara-negara Tentara Salib di Tanah Suci dan dikenal sebagai pejuang pemberani dan berketerampilan tinggi.
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR