Peta Romawi seperti ini disebut itineraria. Ada dua jenis: Itineraria adnotata menyerupai bagan yang mencantumkan jalan, stasiun di sepanjang jalan tersebut, dan jarak di antara keduanya.
Yang paling terkenal adalah Rencana Perjalanan Antonine abad ketiga, yang mencakup “peta jalan” Inggris Romawi. Kategori peta kedua, yang termasuk dalam Peta Peutinger, lebih bersifat visual—itineraria picta.
Dari Hispania hingga India
Peta Peutinger tidak hanya memetakan Kekaisaran Romawi. Dimulai di ujung barat, di tempat yang sekarang disebut Spanyol, dan berakhir di anak benua India dan pulau Taprobane (Sri Lanka). Dengan demikian, jalur ini mencakup seluruh ekumene (istilah Yunani untuk dunia yang dihuni) dan mencakup banyak detail di sepanjang setiap rute.
Sungai dan lautan, ciri-ciri geografis, dan, tentu saja, kota-kota, digambarkan dalam gambar yang tepat dan warna-warna cerah. Peta tersebut juga menunjukkan pusat-pusat dan rumah sakit. Serta tempat-tempat di sepanjang rute di mana para pengelana dapat beristirahat dan berganti kendaraan.
Informasi penting ini sangat penting bagi siapa pun yang melakukan perjalanan jauh. Pelabuhan komersial Mediterania juga ditampilkan (termasuk Ostia, pintu masuk utama Roma melalui laut) begitu pula pemandian air panas.
Banyaknya informasi menunjukkan bahwa peta tersebut tentu saja tidak dibuat semata-mata untuk tujuan militer. Meskipun peta tersebut juga dapat digunakan untuk tujuan militer. Serangkaian catatan menjelaskan relevansi tempat-tempat tertentu, hampir seperti gaya buku panduan.
Catatan untuk wilayah Sinai, misalnya, berbunyi: “Gurun yang dilalui umat Israel, dengan bimbingan Musa, mengembara selama 40 tahun.” Para sarjana tidak yakin apakah catatan ini muncul dalam aslinya atau apakah sentimen ini ditulis oleh kartografer abad pertengahan.
Sebuah catatan di timur jauh menandai tempat di mana Aleksander Agung mendengar suara ramalan mengenai seberapa jauh ia berniat memperluas kerajaannya. “Accepit usque quo Alexander?—Sampai di mana, Aleksander?”
Para ahli percaya bahwa catatan ini adalah tambahan abad pertengahan pada peta. “Sebuah komentar ironis tentang kesia-siaan imperialisme yang ditambahkan pada sebuah karya yang mengagungkan jangkauan kekaisaran,” tambah Castello.
Pusat kejayaan ini tentu saja adalah Roma. Roma diwakili oleh sosok bertakhta yang memegang bola dunia, tombak, dan perisai. Roma adalah caput mundi (ibu kota dunia) yang menjadi tujuan semua jalan.
Penekanan khusus juga diberikan pada dua kota di timur, Konstantinopel dan Antiokhia, meski digambarkan lebih kecil dari Roma. Menariknya, Pompeii, Herculaneum, dan Oplontis—kota-kota yang hancur akibat letusan Vesuvius pada abad pertama Masehi—ditampilkan.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR