Nationalgeographic.co.id - Kekaisaran Persia di bawah dinasti Akhemeniyah jatuh setelah kematian Darius III pada 330 SM. Pewaris takhtanya adalah Aleksander Agung dari Makedonia yang dari awal adalah rival Darius III. Dengan demikian, kekuasaan Aleksander Agung terbentang dari Yunani, Timur Tengah, sampai Lembah Indus.
Sebagai raja muda dari kerajaan Makedonia yang kecil, Aleksander punya mimpi bisa menguasai dunia. Dia berambisi untuk bisa menguasai India, walau akhirnya didesak oleh pasukannya sendiri untuk mundur.
Padahal, dengan menjadi orang nomor satu di tiga peradaban (atau empat), Aleksander Agung memiliki militer yang luar biasa. Kekuatan militernya berasal dari Yunani dan Makedonia, Mesir, dan satrap-satrap Persia yang tersebar di Timur Tengah, India, dan Asia Tengah. Hal ini bisa menopang ambisinya melakukan perluasan kekuasaan lagi.
Berbeda dengan halnya ketika hendak mengalahkan Persia pada awal kampanye militernya. Aleksander harus mengkonsolidasikan kekuatan Yunani dan Makedonia, serta membebaskan negeri-negeri Yunani di Turki dan Mesir yang terjajah Kekaisaran Persia.
Juga, dalam kampanye militer awalnya, Aleksander Agung hanya memiliki pasukan sedikit saat berhadapan dengan Kekaisaran Persia. Jumlahnya kalah telak di Pertempuran Issus. Namun, di Issus, Aleksander Agung bisa memanfaatkan celah pertahanan Kekaisaran Persia, sehingga Darius III terpaksa melarikan diri.
Dengan kekuatan yang dimiliki setelah naik takhta di Babilonia, mungkinkah Aleksander Agung menguasai Roma?
Imajinasi sejarah: Aleksander Agung menyerang Romawi
Para ahli sejarah dunia kuno berdebat akan keberhasilan Aleksander Agung untuk bisa menguasai Romawi kuno di Italia. Pada abad keempat SM, Romawi kuno hanyalah kerajaan kecil yang menguasai sebagian Italia.
Kalangan ahli sejarah dunia kuno yang yakin kemampuan Aleksander Agung di Babilonia didasari oleh kekuatan militer. Sayangnya, Aleksander Agung wafat dengan usia muda pada 323 SM (32 tahun).
Kesempatan itu sirna. Setelah kematiannya, kekuasaan Aleksander Agung terpecah menjadi empat bagian. Para jenderalnya, termasuk teman dekatnya Ptolemaeus, berebut kuasa. Perang saudara pun terjadi. Hal ini membuat perluasan wilayah sangat tidak mungkin.
Akan tetapi, andai Aleksander berkesempatan memiliki umur panjang, mungkin Romawi kuno dapat ditaklukkan, dan menghapus Kekaisaran Romawi dari sejarah sebelum puncaknya. Philip Freeman, profesor di Pepperdine University mengungkapkan, ada banyak koloni Yunani di Italia, seperti di Sisilia.
“Bangsa Romawi sangat tangguh dan akan melawan, namun mereka belum menjadi kekuatan yang kuat di abad-abad berikutnya,” kata Freeman, dilansir dari Live Science. "Jika Aleksander menginvasi, saya pikir tidak akan ada Kekaisaran Romawi karena kekuasaan Romawi sudah dipadamkan sejak awal."
Jika Aleksander mengkonsolidasikan kekuatan yang dimiliki ke barat, penguasaan ke Romawi akan berjalan lancar. Freeman menambahkan, koloni-koloni orang Yunani di Italia akan menyambut Aleksander Agung.
Selain itu, ternyata Makedonia pernah berencana menguasai Kekaisaran Romawi. Titus Livius, sejarawan di masa Romawi kuno yang hidup antara sekitar 59 SM dan 17 M menjelaskan, Makedonia di bawah Aleksander I dari Epiros (370 SM- 331 SM), paman Aleksander Agung, sempat mencoba menguasai Italia.
Ekspedisi pertama menuju Italia itu didorong oleh permintaan koloni Yuani Taras di pesisir selatan Italia. Mereka ingin melawan beberapa suku Italia seperti Lukania dan Brutill. Ekspedisi itu dimulai pada 334 SM, dua tahun setelah Aleksander Agung naik takhta di Makedonia.
Aleksander I terbunuh dalam pertempuran pada 331 SM. Pasukannya pun kalah. Mungkin karena jenderal-jenderal terbaik Makedonia dan Yunani saat itu sedang diborong Aleksander Agung menghadapi kekuatan Kekaisaran Persia.
Bisa jadi, Aleksander Agung mengingat kematian pamannya, dan secara pribadi menaruh dendam pada Italia. Jika hal ini benar, dia mungkin akan mengerahkan kekuatannya ke Kekaisaran Romawi.
Tentunya, tidak ada yang bisa mengalahkan Aleksander Agung untuk menguasai Italia. Apa lagi, sistem Romawi kala itu bersifat republik yang rentan terjadi pergolakan politik internal. Aleksander Agung juga menguasai Laut Mediterania dan pesisir-pesisirnya di timur, sehingga mudah memobilisasi dari laut dan darat.
Sayangnya, yang menghentikan Aleksander Agung adalah kematiannya dan perpecahan politik internal Makedonia.
Jika benar-benar terjadi, mungkin ceritanya akan berbeda di Eropa dan Timur Tengah tanpa kehadiran Kekaisaran Romawi yang nyatanya kini disegani dalam sejarah. Yunani tidak akan jatuh pada abad kedua SM dan Mesir masih dikuasai orang Yunani tanpa pernah adanya invasi Romawi pada 30 SM.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR