Nationalgeographic.co.id—Bayangkan, jika saja dunia ini tanpa ponsel dan internet, mungkin manusia akan banyak kehilangan. Terutama kehilangan informasi tentang berbagai macam berita di seluruh dunia.
Kita harus bersyukur, gabungan teknologi canggih seperti ponsel dan internet telah membawa perubahan dalam sejarah dunia manusia menuju ke era digital.
Seolah-olah dunia ada pada genggaman kita. Kemanapun kita pergi, kita dapat mengakses berita dari seluruh penjuru dunia dengan mudah melalui ponsel. Bahkan, hampir tidak sedikit kegiatan yang kita lakukan pun selalu melibatkan ponsel dan internet. Terlebih lagi semenjak wabah Covid-19 melanda.
Internet telah menjadi faktor transformatif baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Serangkaian tonggak penting dalam bentuk inovasi telah menandai jalur evolusi kita di milenium ini.
Namun, tahukah Anda, bagaimana sejarah perjalanan teknologi hingga terciptanya ponsel dan internet?
Bisa dikatakan, benih sejarah internet dimulai pada tahun 1957 dalam konteks sejarah Perang Dingin, yang membagi dunia menjadi dua blok yang dipimpin oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Pada tahun itu, Uni Soviet meluncurkan satelit pertamanya ke luar angkasa, Sputnik I. Sebagai tanggapan, Amerika pun menciptakan internet.
Pada tahun 1958, Amerika membentuk Advanced Research Projects Agency (ARPA), di bawah Departemen Pertahanan. Badan ini memiliki sekitar 200 ilmuwan berbakat yang fokus menciptakan jaringan yang mampu berkomunikasi antara beberapa komputer yang terletak di tempat yang berbeda.
Pada tahun 1961, Leonard Kleinrock menerbitkan teori packet-switching dari jabatannya di MIT. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa semua informasi yang keluar dari perangkat dipotong menjadi blok-blok untuk memfasilitasi transmisinya.
Berkat temuan router pertamanya itu, menjadikan Leonard Kleinrock sebagai 'Bapak Internet'.
Tahun berikutnya, Paul Baran mempresentasikan sistem komunikasi melalui komputer yang terhubung ke jaringan terdesentralisasi, kebal terhadap serangan eksternal. Jadi, jika satu node hancur, node lainnya dapat dilanjutkan tanpa masalah.
Source | : | Live Science,telefonica.com,BBC |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR