Nationalgeographic.co.id — Jakarta Birdwatcher’s Society bersama Ancol Taman Impian dan Belantara Foundation menggelar sensus burung air di empat kawasan Ancol pada Minggu (25/02/2024). Empat kawasan tersebut adalah Ecopark, Putri Duyung Resort, Dermaga Marina, dan Pantai Timur Ancol, Jakarta. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Asian Waterbird Census (AWC) atau sensus burung air se-Asia.
Ancol Taman Impian dipilih menjadi kegiatan sensus burung air se-Asia tahun ini karena lokasinya berada di pesisir Jakarta, terdapat hutan mangrove tersisa, dan merupakan daerah tujuan wisata. Lokasi wisata yang memiliki luas sekitar 150 ha ini merupakan salah satu lokasi penting bagi pelestarian burung air di Jakarta dan diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi daerah wisata pantai lainnya di Indonesia.
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis burung air yang terdapat di kawasan Ancol. Kegiatan ini sekaligus bertujuan menumbuhkan kesadaran (awareness) dan memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan keberadaan burung air yang menjadi sasaran sensus.
Pada Januari 2020, Ancol Taman Impian bersama Biodiversity Warriors pernah melakukan kegiatan AWC di kawasan Ecopark Ancol dan berhasil mengidentifikasi 14 jenis burung dengan total 132 individu. Dari 14 jenis burung tersebut, terdapat empat jenis burung air dengan total 19 individu. Jenis-jenis burung air tersebut yaitu blekok sawah (Ardeola speciosa), pecuk ular Asia (Anhinga melanogaster), kokokan laut (Butorides striata), dan kareo padi (Amaurornis phoenicurus). Setelah itu, kegiatan AWC di kawasan Ancol belum dilakukan kembali karena adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.
Burung air memiliki populasi di lahan basah. Keberadaannya memiliki peran penting bagi manusia dan alam sekitar. Populasi burung air telah menjadi indikator lingkungan yang penting dalam pengelolaan lahan basah.
Di beberapa daerah persawahan dan hutan mangrove, burung air bermanfaat sebagai agen pengendali hama alami dan indikator kualitas lingkungan. Secara global, burung air menghadapi ancaman seperti kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan secara ilegal, pencemaran air, perubahan iklim, serta kerusakan ekosistem yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitat mereka.
Koordinator Jakarta Birdwatcher’s Society, Ady Kristanto, mengatakan bahwa keberadaan burung, khususnya burung air di Jakarta, juga menghadapi ancaman serius. Ancaman yang dia maksud termasuk kehilangan habitat akibat urbanisasi, pencemaran air di Teluk Jakarta, perburuan, dan tekanan dari aktivitas manusia. Jadi, upaya konservasi sangat dibutuhkan untuk melindungi burung air dan habitat mereka.
“Memang disadari kesadaran masyarakat akan pentingnya burung di alam masih sangat rendah, sehingga banyak masyarakat yang acuh terhadap peran dari burung air bahkan memburunya. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan burung sebagai upaya penyadartahuan warga perlu ditingkatkan dan kegiatan sensus burung air ini adalah salah satunya”, ujar Ady.
Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Eddy Prasetyo, menyatakan bahwa Ancol bukan hanya merupakan kawasan wisata. Dia menegaskan bahwa Ancol juga merupakan rumah keanekaragaman hayati flora dan fauna ekosistem pesisir.
“Selain menjadi kawasan wisata, Ancol Taman Impian juga merupakan rumah dari banyak flora dan fauna liar khususnya jenis burung di ekosistem pesisir. Sejalan dengan salah satu fungsi kami sebagai lembaga konservasi dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati, keberadaan ini terus kami monitor dan evaluasi bekerja sama dengan Jakarta Birdwatcher Society agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupannya,” tutur Eddy.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR