Nationalgeographic.co.id—Detail kehidupan Romawi kuno telah menarik perhatian banyak ahli, mulai dari makanan, kesenian, hiburan hingga kultur budaya.
Salah satu yang banyak dipelajari para ahli adalah kehidupan perempuan Romawi kuno. Mereka lumrah menikah pada usia remaja awal yang di zaman sekarang malah dianggap tidak ideal.
Usia 12 tahun dianggap saat yang paling tepat untuk menikah bagi perempuan Romawi kuno. Bahkan dalam masyarakat elit, beberapa menikah sebelum usia 12 tahun.
Kemudian usia 15 tahun menjadi usia yang paling cocok untuk hamil. Sementara melahirkan, di Romawi kuno dianggap sebagai tujuan utama pernikahan.
Kemampuan untuk menghasilkan sebuah keluarga juga merupakan perhatian politik dalam masyarakat Romawi kuno.
Kaisar Augustus (memerintah tahun 27 SM hingga 14 M) sangat merasa terganggu dengan menurunnya angka kelahiran, terutama di kalangan kelas atas.
Ia bahkan mempromosikan undang-undang, Hukum Julian pada tahun 18 SM dan Hukum Papia-Poppaean pada tahun 9 M, yang mencakup langkah-langkah untuk mempromosikan pernikahan.
Kaisar bahkan memberi penghargaan kepada wanita yang dilahirkan bebas yang memiliki lebih dari tiga anak.
Namun demikian, meski menikah di usia remaja awal, ahli menunjukkan ada risiko jika hamil terlalu cepat, hamil di usia sebelum 15 tahun.
Pliny the Younger (61 hingga c. 113 M) dalam Epistulae-nya menyoroti risiko-risiko tersebut ketika dia menulis tentang istri mudanya sendiri.
Istrinya tidak menyadari bahwa dia hamil dan gagal melakukan tindakan pencegahan tertentu yang mengakibatkan dia menderita keguguran dan sakit parah.
Ia juga menulis tentang tragedi dua saudara perempuan muda yang ia kenal, yang keduanya meninggal saat melahirkan.
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR