Zheng Guifei menerima kritik dan kecurigaan dari istana karena upaya Kaisar Shenzong menjadikan putranya sebagai Putra Mahkota. Dia dilihat sebagai "licik, jahat, dan tanpa belas kasihan".
Reputasinya semakin buruk ketika seorang pembunuh menyelinap ke kamar Putra Mahkota untuk menyerang Putra Mahkota dan melukai beberapa kasim.
Meskipun tidak ada bukti substansial, istana mencurigai Zheng Guifei. Zheng Guifei menghadap Putra Mahkota. Dia berlutut dan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bersalah. Putra Mahkota tersentuh oleh permohonannya dan menganggapnya tidak bersalah.
Cinta yang Hancurkan Dinasti
Pada 7 Mei 1620 M, Permaisuri Wang Xijie meninggal. Dengan posisi permaisuri yang kosong, Kaisar Shenzong ingin mengangkat Zheng Guifei sebagai Permaisuri. Namun, dia meninggal tiga bulan kemudian, pada 18 Agustus 1620 M.
Dia memberikan dekrit anumerta kepada putranya untuk tetap melaksanakan upacara penobatan Zheng Guifei. Namun, putranya menolak untuk melaksanakan dekritnya, dan Zheng Guifei tidak dilantik sebagai Permaisuri Kaisar Shenzong.
Setelah kematian Kaisar Shenzong, sedikit yang diketahui tentang Zheng Guifei. Kita tahu bahwa dia membuat beberapa kaligrafi setelah kematian Kaisar Shenzong. Kaligrafinya digambarkan sebagai "indah dan rapi." Pada tahun 1630 M, Zheng Guifei jatuh sakit dan meninggal tak lama kemudian. Dia dimakamkan di Gunung Yingquan.
Cucu Zheng Guifei, Zhu Yousong, menjadi Kaisar pada tahun 1644 M. Dia menghormati neneknya dengan menjadikannya Permaisuri Agung Dowager Xiaoning secara anumerta.
emerintahan Zhu Yousong tidak berlangsung lama. Pada tahun 1646 M, dia ditangkap dan dibunuh oleh Qing. Segera setelah itu, Dinasti Ming jatuh, dan dinasti baru yang dikenal sebagai Qing didirikan.
Masih belum jelas apakah Permaisuri Agung Dowager Xiaoning tidak bersalah atas tuduhan yang dijatuhkan padanya. Yang jelas adalah Kaisar Shenzong mencintainya. Dia ingin menunjukkan cintanya padanya dengan mencoba menjadikannya Permaisuri dan putranya sebagai Kaisar berikutnya.
Namun, cinta Kaisar Shenzong untuk Permaisuri Agung Dowager Xiaoning ternyata menjadi kelemahan terbesarnya. Cinta telah membuat Kaisar Shenzong menjadi pemimpin yang lemah daripada penguasa yang kuat dan tegas yang dibutuhkan Dinasti Ming.
Banyak sejarawan berpendapat bahwa kisah Permaisuri Agung Dowager Xiaoning menggambarkan kepemimpinan yang lemah para kaisar Dinasti Ming. Karena kebutaan Kaisar Shenzong dalam cintanya pada Permaisuri Agung Dowager Xiaoning, kejatuhan Dinasti Ming dan kebangkitan Dinasti Qing tak terelakkan.
Kisah Lady Zheng menjadi pengingat pahit bahwa cinta yang tak terkendali dan ambisi tanpa batas dapat membawa konsekuensi fatal. Cinta dan ambisinya yang beracun menjerumuskan Dinasti Ming ke jurang kehancuran, menorehkan luka mendalam dalam sejarah dinasti yang gemilang.
Lady Zheng dan Dinasti Ming akan selalu dikenang sebagai contoh tragis bagaimana cinta dan ambisi dapat mengantarkan sebuah kerajaan menuju kehancuran.
Source | : | History of Royal Women |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR