Nationalgeographic.co.id—Pantang pohon pisang berbuah dua kali. Barangkali kata-kata tersebut dapat disematkan pada kisah cinta yang terpisahkan tragedi, antara pegawai VOC dengan penari kuil dari India.
Jacob Gotfried Haafner atau Jacob Haafner jadi tokoh utama dalam perjalanan romantika-tragedi ini. Dilahirkan di Jerman pada 13 Mei 1754 dari ayah Perancis dan ibu Jerman. Selanjutnya ia menjadi pengajar bagi anak-anak dari para pegawai VOC.
Sepanjang jalan, guru yang pandai ini juga dikenang dalam catatan sejarah sebagai "pengamat yang jeli, penulis berbakat, pengelana, pengusaha, pelukis dan antropolog," tulis Lex Veldhoen.
Ia menulisnya kepada Historiek dalam artikelnya berjudul Jacob Haafner – De VOC-medewerker die zich ontpopte tot antikoloniaal yang diterbitkan pada 20 Mei 2024. Lex mengimbuh, "Haafner telah melalui banyak rintang sejak usia muda."
Diketahui, pada usia dua belas tahun, ia melakukan perjalanan ke Timur bersama ayahnya, yang mendaftar sebagai ahli bedah kapal di kapal VOC Luxemburg. Ayahnya tidak selamat dalam perjalanan karena penyakit menular, sedangkan Jacob selamat.
Dalam kondisi tersengat tifus di Tanjung Harapan, bala bantuan kapal Belanda menyelamatkannya dari penyakit menular yang membunuh ayahnya. Dibawanya ia hingga ke Batavia.
Di Hindia Belanda, ia dipekerjakan sebagai tutor oleh sebuah keluarga Belanda, namun memutuskan untuk meninggalkan Batavia kemudian. Hal tersebut ditengarai karena melihat sang wanita pemilik rumah tersebut menganiaya budaknya.
Sejak awal, Haafner bisa dibilang sebagai anti-kolonialis, sehingga tidak pernah menghendaki bentuk perbudakan jenis apa pun. Sampai pada tahun 1770 ia kembali ke Belanda melalui Cape Town, bergabung dengan seorang pelukis dan belajar perdagangan darinya.
Pada bulan Juni 1771, Haafner mendaftar sebagai abdi VOC dan berangkat ke Nagapattinam, ibu kota Koromandel Belanda dari tahun 1660 hingga 1781. Sebuah kesempatan besarnya untuk beravontur sebagai pegawai VOC hingga ke India.
Sampai di tahun 1778, ia telah diketahui mempelajari hingga menguasai bahasa Tamil dan melakukan perdagangan swasta sebagai sampingan. Pada tahun 1779, ia diangkat sebagai sekretaris-pemegang buku di kantor cabang di Sadraspatnam.
Dengan kemampuan bilingualnya, ia dapat menguasai bahasa Inggris, Prancis, Tamil, dan pada tingkat lebih rendah bahasa Latin dan Sanskerta. Haafner menjalani kehidupan yang penuh petualangan, romansa, dan dinamika politik.
Baca Juga: Marga Han, Kisah Kesohoran Tionghoa Peranakan yang Berawal dari Lasem
Source | : | Historiek |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR