Nationalgeographic.co.id—Chang’an adalah nama salah satu ibu kota kuno terpenting dan terbesar di Kekaisaran Tiongkok. Dikenal sebagai terminal timur Jalur Sutra, Chang’an terletak di Provinsi Shaanxi, sekitar 3 kilometer barat laut kota modern Xi'An. Chang’an menjadi ibu kota bagi Dinasti Han Barat (206 SM-220 M), Sui (581-618 M), dan Tang (618-907 M).
Chang’an didirikan sebagai ibu kota pada tahun 202 SM oleh Kaisar Han pertama Gaozu (memerintah 206-195). Kota ini dihancurkan selama pergolakan politik di akhir Dinasti Tang pada tahun 904 M.
Ibu kota Dinasti Han Barat
Pada sekitar tahun 1 M, populasi Chang’an hampir mencapai 250.000 jiwa. “Chang’an merupakan kota yang memiliki kepentingan internasional karena perannya sebagai ujung timur Jalur Sutra,” tulis K. Kris Hirst di laman Thoughtco.
Kota Dinasti Han dibangun dalam bentuk poligon tidak beraturan yang dikelilingi oleh tembok tanah dengan lebar 12-16 meter di bagian dasarnya. Tembok tersebut memiliki tinggi lebih dari 12 meter. Dinding kelilingnya membentang sepanjang 25,7 km.
Tembok tersebut ditembus 12 gerbang kota, lima di antaranya telah digali. Masing-masing gerbang memiliki tiga pintu gerbang, masing-masing lebarnya 6-8 meter, dapat menampung lalu lintas 3-4 gerbong yang berdekatan. Sebuah parit memberikan keamanan tambahan, mengelilingi kota dan berukuran lebar 8 meter kali kedalaman 3 meter.
Ada delapan jalan utama di Dinasti Han Chang’an, masing-masing lebarnya antara 45-56 meter. Setiap jalan raya dibagi menjadi tiga jalur dengan dua saluran drainase. Jalur tengah lebarnya 20 meter dan diperuntukkan khusus untuk kepentingan kaisar. Jalur di kedua sisi rata-rata lebarnya 12 meter.
Bangunan utama di Chang’an selama era Dinasti Han
Kompleks Istana Changle, yang dikenal sebagai Donggong atau Istana timur dan terletak di bagian tenggara kota, luas permukaannya kira-kira 6 km persegi. Kompleks ini berfungsi sebagai tempat tinggal permaisuri Han Barat.
Kompleks Istana Weiyang atau Xigong (istana barat) menempati area seluas 5 km persegi dan terletak di sisi barat daya kota. Di istana inilah kaisar Dinasti Han mengadakan pertemuan harian dengan pejabat kota.
Bangunan utamanya adalah Istana Anterior, sebuah struktur yang mencakup tiga aula. Bangunan itu pasti menjulang tinggi di atas kota, karena dibangun di atas fondasi setinggi 15 meter di ujung utara.
Baca Juga: Dinasti Han Memanfaatkan Konfusius untuk Menguasai Kekaisaran Tiongkok
Di ujung utara kompleks Weiyang terdapat Istana Posterior dan bangunan yang menampung kantor administrasi Kekaisaran Tiongkok. Kompleks itu dikelilingi oleh tembok tanah yang ditumbuk.
Kompleks istana Gui jauh lebih besar dari Weiyang tetapi belum sepenuhnya digali atau setidaknya tidak dilaporkan dalam literatur barat.
Gedung administrasi dan pasar di era Dinasti Han
Di fasilitas administrasi yang terletak di antara Istana Changle dan Weiyang ditemukan 57.000 tulang kecil (dari 5,8-7,2 cm). Masing-masing tulang bertuliskan nama suatu barang, ukurannya, nomor, dan tanggal pembuatannya. Juga ada informasi tentang bengkel tempat pembuatannya, dan nama pengrajin dan pejabat yang menugaskan pembuatan benda tersebut.
Sebuah gudang senjata memiliki tujuh gudang, masing-masing dengan rak senjata yang tersusun rapat dan banyak senjata besi. Sebuah zona besar tempat pembakaran tembikar yang memproduksi batu bata dan ubin untuk istana terletak di utara gudang senjata.
Dua pasar diidentifikasi di sudut barat laut kota Chang’an di era Dinasti Han. Keduanya adalah Pasar timur berukuran 780x700 meter dan Pasar Barat yang berukuran 550x420 meter.
Di seluruh kota terdapat pabrik pengecoran logam, percetakan uang, dan tempat pembakaran tembikar. Tempat pembakaran tembikar menghasilkan patung dan hewan penguburan. Selain itu juga menghasilkan peralatan sehari-hari serta batu bata dan ubin arsitektur.
Di pinggiran selatan Chang’an terdapat sisa-sisa bangunan ritual, seperti Piyong (akademi kekaisaran) dan jiumiao (kuil leluhur "Sembilan Leluhur"). Keduanya didirikan oleh Wang-Meng, yang memerintah Chang’an antara tahun 8-23 Masehi. Piyong dibangun menurut arsitektur Konfusianisme, berbentuk persegi di atas lingkaran. Sedangkan jiumiao dibangun berdasarkan prinsip Yin dan Yang yang kontemporer namun kontras dan Wu Xing (5 Elemen).
Mausoleum Kekaisaran Tiongkok di Chang’an
Banyak makam yang ditemukan yang berasal dari era Dinasti Han, termasuk dua makam kekaisaran. Pertama adalah Mausoleum Ba (Baling) Kaisar Wen (memerintah 179-157 SM), di pinggiran timur kota. Lalu yang kedua Mausoleum Du (Duling) Kaisar Xuan (memerintah 73-49 SM) di pinggiran tenggara.
Duling adalah makam elite khas Dinasti Han. Di dalam gerbangnya, terdapat kompleks terpisah untuk makam kaisar dan permaisuri. Setiap makam terletak di tengah-tengah dinding yang mengelilingi dan ditutupi oleh gundukan tanah berbentuk piramida. Keduanya memiliki halaman berdinding di luar area permakaman. “Termasuk aula pensiun (qindian) dan aula samping (biandian) tempat dilakukannya kegiatan ritual yang berhubungan dengan orang yang dikuburkan. Juga tempat kostum kerajaan individu dipajang,” tambah Hirtst.
Dua makam berisi ratusan patung terakota seukuran manusia. Makam-makam tersebut juga berisi sejumlah ubin tembikar dan batu bata, perunggu, kepingan emas, pernis, bejana tembikar, dan senjata.
Di Duling juga terdapat kuil mausoleum bersama dengan altar, terletak 500 meter dari makam. Makam satelit yang ditemukan di sebelah timur mausoleum dibangun pada masa dinasti penguasa. Beberapa di antaranya berukuran cukup besar, banyak di antaranya dengan gundukan tanah berbentuk kerucut.
Chang’an di era Dinasti Sui dan Tang
Chang’an disebut Daxing pada masa Dinasti Sui (581-618 M) dan didirikan pada tahun 582 M. Kota ini berganti nama menjadi Chang’an di era Dinasti Tang dan menjadi ibu kotanya hingga kehancurannya pada tahun 904 M.
Daxing dirancang oleh arsitek terkenal Kaisar Sui Wen (memerintah 581-604), Yuwen Kai (555-612 M). Yuwen menata kota dengan simetri yang sangat formal yang memadukan pemandangan alam dan danau. Desainnya menjadi model bagi banyak kota Sui lainnya dan kota-kota selanjutnya. Tata letaknya dipertahankan selama Dinasti Tang: sebagian besar istana Sui juga digunakan oleh kaisar Dinasti Tang.
Sebuah tembok tanah yang sangat besar, setebal 12 meter di bagian dasarnya, menutupi area seluas sekitar 84 km persegi. Ada 12 gerbang, masing-masing gerbang memiliki fasad batu bata yang dibakar mengarah ke kota. Sebagian besar gerbang memiliki tiga pintu gerbang. Namun Gerbang Mingde utama memiliki lima pintu, masing-masing lebarnya 5 meter.
Kota ini disusun sebagai serangkaian distrik bertingkat: guocheng (tembok luar kota yang menggambarkan batas-batasnya), huangcheng atau distrik kekaisaran (luas 5,2 km persegi), dan gongcheng, distrik istana, berisi area seluas 4,2 km persegi. Setiap distrik dikelilingi oleh temboknya sendiri.
Gongcheng menambahkan Istana Taiji (atau Istana Daxing pada masa Dinasti Sui) sebagai bangunan pusatnya; sebuah taman kekaisaran dibangun di utara. Sebelas jalan besar atau jalan raya membentang dari utara ke selatan dan 14 dari timur ke barat. Jalan-jalan ini membagi kota menjadi beberapa distrik yang berisi tempat tinggal, kantor, pasar, dan kuil Buddha dan Tao. Dua bangunan yang masih ada dari Chang’an kuno adalah dua kuil tersebut: Pagoda Angsa Liar Besar dan Kecil.
Kuil Surga di selatan kota dan digali pada tahun 1999. Kuil ini merupakan platform tanah berbentuk lingkaran yang terdiri dari empat altar melingkar yang konsentris. Altar melingkar itu ditumpuk satu sama lain hingga ketinggian antara 6,75-8 meter dan diameter 53 m. Gayanya mirip dengan model Kuil Surga Kekaisaran Ming dan Qing di Beijing.
Pada tahun 1970, Penimbunan Hejiacun ditemukan di Chang’an. Pada timbunan itu, terdapat 1.000 benda perak dan emas, serta batu giok dan batu berharga lainnya yang disebut. Timbunan bertanggal 785 M itu ditemukan di sebuah kediaman elite.
Sebuah situs tempat pembakaran tembikar ditemukan di Chang’an bernama Liquanfang dan digunakan pada awal abad ke-8 Masehi. Liquanfang adalah salah satu dari hanya lima tempat pembakaran dari Dinasti Tang yang diketahui. Empat lainnya adalah Tempat Pembakaran Huangye di Provinsi Henan; Xing Kiln di Provinsi Hebei, Huuangbao Kiln dan Xi'an Kiln di Shaanxi.
Pada tahun 1421 di era pemerintahan Dinasti Ming, ibu kota Kekaisaran Tiongkok pun dipindah ke Beijing. Beijing tetap menjadi ibu kota hingga kini.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR