Nationalgeographic.co.id—Matahari senja di Pantai Kuta menjadi latar pemandangan yang banyak diburu oleh para peserta lokakarya fotografi iPhone di Bali. Sekitar 30 orang peserta berhamburan keluar dari Discovery Mall Bali yang memiliki akses langsung ke pantai itu untuk berburu foto menggunakan iPhone mereka. Mereka hendak mempraktikkan langsung pelajaran mengenai konsep dan teknik fotografi ponsel yang baru saja mereka terima.
Dita Alangkara, seorang jurnalis foto senior Associated Press, sebuah kantor berita internasional ternama, menjadi pemateri dalam lokakarya tersebut. Dalam lokakarya fotografi bertajuk "What to Shoot? A Photographer’s Dilemma", puluhan peserta, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, khusyuk menyimak pemaparan Dita. Lokakarya tersebut diadakan di store iBox Discovery Mall Bali pada Sabtu sore, 8 Juni 2024.
Selain menggunakan kamera profesional, Dita juga sering memotret memakai kamera ponsel, terutama ponsel berjenama iPhone. “Sehari-hari saya memotret pakai kamera DSLR dan sekarang mirrorless. Cuma di luar pekerjaan, kadang-kadang bahkan dalam pekerjaan juga, saya pakai iPhone untuk motret,” ujar Dita.
“Untuk dokumentasi pribadi bahkan juga untuk personal project, saya menggunakan iPhone secara ekstensif,” imbuhnya.
Menurut Dita, salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh fotografer amatir maupun profesional adalah kebuntuan inspirasi dalam mencari objek foto. Oleh karena itu, Dita mengajak para peserta lokakarya untuk bertanya kepada diri sendiri secara mendasar, “Untuk apa kita memotret?”
Konsep paling dasar dalam memotret adalah menentukan objek foto yang menarik bagi diri kita. Dita mencontohkan, sebagai fotografer yang setiap harinya harus memotret peristiwa-peristiwa besar untuk pemberitaan, dia justru pernah mendapatkan inspirasi dari hal-hal sederhana yang dia lihat di sekitar.
Sebagai contoh, Dita pernah memotret orang-orang yang bisa dengan nyenyak tidur di ruang terbuka. Misalnya tukang ojek, pemulung, sopir bajaj, pedagang, orang umum, dan sebagainya. Lokasinya di trotoar jalan, emperan ruko, sofa depan rumah, warung makan, hingga di atas kendaraan. Dia pernah memotret aktivitas tidur orang-orang tersebut dengan sudut pandang yang menurutnya menarik dan menghimpunnya dalam rangkaian foto Instagram bertajuk #TidurSiangProject.
Dita juga pernah memotret aktivitas seekor kucing yang saat pandemi datang ke rumahnya dengan penuh luka dan kemudian dirawat dan diadopsi keluarganya hingga kini. Rangkaian foto kucing kecil itu ia himpun dalam #DiaryKucingMimi.
Sebagai fotografer media internasional, Dita juga pernah 13 kali datang ke Korea Utara, salah satu negara di dunia yang paling ketat dan sulit dimasuki. Dia menemukan hal-hal menarik di sana karena belum banyak foto dan pemberitaan mengenai kehidupan sehari-hari orang Korea Utara. Dita kemudian menghimpun foto-foto tersebut dalam tajuk #KabarDariUtara.
Di Jakarta, Dita juga pernah ditugaskan untuk meliput Kampung Bandan, sebuah permukiman padat dan kumuh di Jakarta Utara. Saking padatnya rumah-rumah di sana, sinar matahari sulit masuk ke dalamnya. Jadi, sinar matahari terasa sangat berharga dan menarik bagi Dita kala itu. Dia kemudian menghimpun foto-foto berkas sinar matahari di Kampung Bandan dengan tajuk Cahaya Berharga di Kampung Kota.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR