Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda melihat anak Anda bermain game online dan menghabiskan banyak uang untuk loot boxes? Hati-hati! Di balik keseruan game, loot boxes dapat membuka jalan bagi perjudian pada anak SD.
Loot boxes adalah fitur dalam game daring yang berisi item acak. Untuk mendapatkan item tersebut, pemain harus mengeluarkan uang sungguhan.
Hal ini tak ubahnya perjudian, di mana pemain mengeluarkan uang dengan harapan mendapatkan sesuatu yang lebih berharga.
Fenomena ini mengkhawatirkan, karena anak SD masih rentan terhadap pengaruh dan belum mampu memahami konsekuensi dari perjudian. Artikel ini akan membahas bahaya loot boxes dan bagaimana orang tua dapat melindungi anak mereka dari perjudian.
Anak bermain judi online
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat lonjakan signifikan dalam penyebaran uang melalui transaksi judi online. Pada tahun 2021, nilainya mencapai Rp57 triliun, dan angka tersebut melonjak tajam pada tahun 2022 menjadi Rp81 triliun.
Kepala Biro Humas PPATK, Natsir Kongah, menyatakan keprihatinannya terhadap tren ini. Kekhawatiran tersebut semakin diperparah dengan fakta bahwa tidak hanya orang dewasa yang terlibat dalam judi online, tetapi juga anak-anak kecil, bahkan di tingkat Sekolah Dasar (SD).
Natsir menyatakan bahwa banyak anak-anak di bawah umur, kelompok usia SD, SMP, para pengemis, mereka yang tidak memiliki pekerjaan, dan para pekerja sektor informal, bermain judi online menggunakan nama dan rekening perantara.
Ia menjelaskan bahwa anak-anak dapat bermain judi online dengan menghimpun dana dalam kelompok-kelompok tertentu menggunakan rekening perantara.
Hal serupa terjadi di Amerika Serikat. Meski perjudian ilegal di AS, faktanya anak-anak bisa mulai berjudi sejak usia 10 tahun, dan 80% remaja mengaku pernah berjudi dalam setahun terakhir.
Jika anak Anda bermain video game, mereka mungkin berjudi tanpa menyadarinya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Para ahli menduga "loot boxes" yang ada pada game daring sebagai pemicunya.
Baca Juga: Cobra Effect, Kala Sebuah Bantuan Malah Memperburuk Masalah yang Ada
KOMENTAR