Nationalgeographic.co.id—Sejarah dunia mengenang Genghis Khan dalam dua cara yang berbeda. Ia dikenang sebagai seorang penakluk yang kejam sekaligus pendiri kekaisaran terbesar yang pernah ada.
Pada tahun 1206 Genghis Khan mencapai apa yang tidak dapat dicapai oleh banyak penakluk lainnya. Ia membawa seluruh masyarakat Turco-Altaic di Dataran Tinggi Mongolia di bawah kekuasaannya. Menundukkan orang-orang ini, yang dikenal sebagai “mereka yang tinggal di tenda-tenda,” hanyalah permulaan.
Khan besar pertama Kekaisaran Mongol adalah seorang jenius militer yang menggerakkan pasukannya untuk memperluas wilayah. Ia beradaptasi dengan cepat dan bertarung dengan daya tahan yang menakjubkan.
Penaklukan dan pembantaian bangsa Mongol dalam sejarah dunia
Sumber-sumber Eropa mencatat bahwa bangsa Mongol membantai penduduk setiap kota yang mereka taklukkan. Pasukan Mongol hanya menyisakan orang-orang yang dapat mereka gunakan sebagai kerja paksa dalam keadaan hidup.
Sejarawan dan saksi mata abad ke-13 Thomas dari Spalato menulis di Historia Salonitana. Katanya, “Di satu kota mereka tidak meninggalkan siapa pun untuk kencing di tembok.”
Salah satunya adalah suku Cuman yang menderita kerugian besar—lebih dari 100.000 orang. Bangsa Mongol diduga menghitung angka tersebut dengan memotong telinga setiap tentara musuh yang tewas dan menghitungnya. Seperti yang terjadi hampir dua dekade sebelumnya, Koten, pemimpin Cuman, menghindari pedang Subutai dan melarikan diri. Kali ini, Koten dan sekitar 40.000 orang yang selamat mengungsi di istana raja Hungaria, Bela IV. “Bela IV memegang kekuasaan dari tahun 1235 hingga 1270,” tulis Antonio García Espada di laman National Geographic.
Dari markasnya di Ukraina Selatan, Batu Khan mengirim surat kepada Bela. Batu Khan memperingatkan sang raja tentang apa yang akan terjadi jika ia tidak menyerahkan buronan Cuman. Tulisnya, “Karena lebih mudah bagi mereka untuk melarikan diri daripada bagi Anda. Mereka tanpa rumah dan berpindah-pindah dalam tendanya dan mungkin bisa melarikan diri. Tetapi bagi Anda, yang tinggal di rumah-rumah dan mempunyai benteng-benteng dan kota-kota—bagaimana Anda dapat menghindari genggaman saya?”
Namun, Raja Bela tidak tunduk pada ancaman Batu Khan. Memberikan perlindungan kepada Cuman memungkinkannya menampilkan diri sebagai raja teladan. Melindungi orang-orang Cuman berjalan seiring dengan mengasimilasi mereka ke dalam budaya Hungaria dan mengubah mereka menjadi Katolik.
Bela kemudian meminta bantuan militer dari pangeran lain dengan tujuan menciptakan pasukan yang kompeten. Hal ini menarik bagi Bela karena tidak bergantung pada penguasa feodal Hungaria, yang berselisih dengannya.
Sebaliknya, rakyat Hungaria takut akan ancaman bangsa Mongol dan kurang memihak bangsa Cuman. Akhirnya, gerombolan massa yang dilancarkan oleh anggota aristokrasi Hungaria berhasil menghukum mati Koten. Setelah pembunuhan tersebut, prajurit Koten melarikan diri ke selatan dan barat. Mereka menghancurkan banyak desa di Hungaria saat meninggalkan Hungaria.
Baca Juga: Rudapaksa Massal: Taktik Penghancur Moral Musuh dari Kekaisaran Mongol
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR