Nationalgeographic.co.id—”WWF-Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi memulihkan Lansekap Seka di Kalimantan Tengah. Lansekap Seka menjadi habitat penting bagi satwa liar endemik, menjaga kehidupan masyarakat adat, tempatan juga menghambat laju perubahan iklim dengan menyerap karbon," ungkap Dewi Lestari Yani Rizki, Direktur Konservasi WWF-Indonesia.
Menurutnya, penanaman pohon merupakan solusi atas upaya pemulihan Lansekap Seka dan juga partisipasi aktif para pihak seperti PT. Indonesia Epson Industry. Inisiatif semacam ini "menjadi sangat penting dan dapat dicontoh bagi perusahaan lain yang ingin berpartisipasi dalam upaya pemulihan ekosistem,” ungkapnya.
Yayasan WWF Indonesia berkolaborasi dengan PT Indonesia Epson Industrys, meluncurkan inisiatif "Pohon untuk Kehidupan" dengan menanam pohon seluas 300 hektar di Desa Tumbang Mangara dan Tumbang Kawei, Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah. Inisiatif ini merupakan upaya untuk mendukung program pemerintah dalam restorasi hutan dan lahan dengan menanami kembali serta memperkaya spesies area hutan dengan jenis bibit lokal.
Melalui pendekatan restorasi hutan berbasis masyarakat, penanaman ini didukung pelaksanaannya oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi (KPHP) Katingan Hulu yang membantu pemantauan berkala keberhasilan inisiatif ini bersama dengan pengelola Hutan Kemasyarakatan Mangara Kawei.
Upaya ini diharapkan dapat berkontribusi menciptakan keseimbangan antara restorasi hutan yang menjadi habitat orangutan yang terancam punah dan mengoptimalkan kebutuhan lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan restorasi hutan dan bentang alam ini.
Lanskap SEKA—Sebangau Katingan—merupakan kawasan ekologis yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah dan keanekaragaman hayati-nya.
Dengan luasan hutan 2,35 juta hektare, yang 15 persennya merupakan tutupan hutan di seluruh Kalimantan Tengah, masyarakat sekitar sangat bergantung pada keutuhan tutupan hutannya. Hutan telah memberikan ketersediaan air bersih, udara bersih dan ketersediaan bahan pangan.
Melalui Restorasi Lanskap Hutan (FLR) dan penanaman pohon, pendekatan ini bertujuan untuk memulihkan area yang terdegradasi, mengembalikan keanekaragaman hayati, mendukung kesejahteraan masyarakat lokal, serta mengurangi dampak perubahan iklim.
Sebangau-Katingan adalah satu benteng terakhir bagi orangutan Kalimantan. Untuk memastikan kelangsungan hidup sekitar 1,1 juta hektar hutan dan menjadi rumah bagi ribuan orangutan, upaya restorasi menjadi sangat mendesak. Dengan menghubungkan kembali hutan yang terfragmentasi, kita dapat menciptakan koridor seluas ribuan hektar yang aman bagi satwa liar untuk berpindah dan mencari makan.
Inisiatif restorasi ini tidak hanya berfokus pada angka, tetapi juga pada manusia di baliknya. Dengan melibatkan sekitar 300 keluarga di desa Mangara dan Kawei, proyek ini mendorong pendekatan berbasis masyarakat.
Melalui pelatihan dan pengembangan kapasitas, masyarakat akan dibekali keterampilan untuk mengelola pembibitan, menanam 200.000 pohon di area seluas 300 hektare, dan memelihara kawasan yang telah direstorasi. Dengan menciptakan peluang ekonomi alternatif, seperti agroforestri, kita dapat mengurangi tekanan pada hutan dan meningkatkan kesejahteraan sekitar ratusan keluarga.
Baca Juga: Temuan Biji Raksasa di Kalimantan Ungkap Migrasi Tanaman Purba
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR