Nationalgeographic.grid.id—Indonesia, hari ini, kerap kali diterjang bencana alam. Seperti halnya gempa bumi, bencana ini dapat datang berkali-kali di tempat yang sama, namun dalam waktu yang berbeda. Mengkhawatirkan.
Dalam banyak catatan sejarah, bahkan sebelum menjadi Indonesia, Hindia Belanda punya potensi besar gempa bumi dan selalu mengkawatirkan. Oleh karenanya, edukasi sejarah gempa sangat diperlukan.
Mempelajari sejarah gempa "merupakan masukan yang berharga bagi peta bahaya seismik modern," tulis Stacey Martin kepada New Mandala dalam artikelnya Bridging historical archives and earthquake hazard studies in Indonesia, terbitan 22 November 2022.
Setidaknya, catatan sejarah seputar gempa di Hindia Belanda dapat membantu menentukan bagaimana bangunan dan infrastruktur penting lainnya perlu dibangun dengan aman di wilayah tertentu.
"Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk terpadat di dunia dan juga sangat aktif secara tektonik. Hal ini membuatnya sangat rentan terhadap gempa bumi yang sering terjadi," imbuh Martin.
Gempa bumi semacam itu dapat berdampak besar pada sosial ekonomi masyarakat, seperti gempa bumi nun mengerikan yang terjadi di Palu di Sulawesi pada tahun 2018.
Stacey Martin bersama dengan Phil Cummins, Aron Meltzner, melakukan riset dengan mengamati kumpulan intensitas guncangan yang dirasakan, atau intensitas makroseismik, untuk 1.200 gempa bumi di wilayah Indonesia yang mencakup empat abad dari tahun 1546 hingga 1950.
Mereka menerbitkannya dalam Bulletin of the Seismological Society of America. Dalam risetnya, mereka menelaah sumber-sumber dokumentasi primer dari periode kolonial di Hindia Belanda.
Faktanya, banyak dari katalog-katalog dokumen sejarah gempa di Hindia Belanda adalah produk sampingan dari katalog gempa bumi historis multibahasa yang disusun oleh seorang geolog Jerman, Arthur Wichmann.
Karyanya mencakup dua periode: sebelum 1857 dan dari 1858 hingga 1877. Namun, katalog-katalog modern ini sering kali gagal berkonsultasi dengan sumber-sumber primer yang digunakan oleh Arthur Wichmann, juga tidak menambahkan informasi baru dari sumber-sumber primer.
Materi dokumenter yang diteliti oleh Martin dan tim mencakup materi yang tersedia dari Arthur Wichmann, seperti jurnal-jurnal kolonial Belanda dan laporan resmi pengamatan kerusakan pasca-gempa bumi.
Baca Juga: Otomobil Elit Jawa: Tatkala Mobil Pertama Muncul di Hindia Belanda
Source | : | New Mandala |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR