Beberapa di antaranya dibahas di bawah ini.
1) Pendekatan komprehensif Bangladesh
Bangladesh, salah satu negara penghasil limbah elektronik terbesar di Asia Selatan dengan produksi lebih dari 3 juta metrik ton per tahun, telah mengambil langkah signifikan dalam mengatasi masalah lingkungan ini.
Pada tanggal 10 Juni 2021, pemerintah Bangladesh secara resmi memberlakukan Aturan Pengelolaan Limbah Elektronik. Regulasi ini bertujuan untuk membatasi penggunaan logam berat dan zat berbahaya tertentu dalam produk elektronik, serta mewajibkan produsen dan importir untuk bertanggung jawab atas pengelolaan limbah produk mereka.
Salah satu target ambisius yang ditetapkan dalam aturan ini adalah mencapai tingkat pengumpulan limbah elektronik sebesar 50% dalam kurun waktu lima tahun. Target ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk mengurangi dampak negatif limbah elektronik terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Meskipun implementasi penuh aturan ini masih terus berlangsung, sejumlah inisiatif dari sektor swasta telah menunjukkan potensi besar dalam mendukung ekonomi sirkular untuk pengelolaan limbah elektronik.
Sebagai contoh, platform "re-commerce" bernama SWAP telah berhasil memfasilitasi transaksi jual beli perangkat digital bekas dalam jumlah yang signifikan, mencapai sekitar 7.000 hingga 8.000 unit per bulan.
Model bisnis SWAP ini tidak hanya memberikan alternatif bagi konsumen untuk mendapatkan perangkat elektronik yang lebih terjangkau, tetapi juga memperpanjang siklus hidup perangkat elektronik yang masih berfungsi.
Produsen peralatan rumah tangga terkemuka seperti Singer dan Walton juga turut berkontribusi dalam upaya pengelolaan limbah elektronik. Kedua perusahaan ini menawarkan program penukaran perangkat lama dengan potongan harga untuk pembelian perangkat baru.
Melalui program ini, mereka dapat memanfaatkan kembali komponen-komponen yang masih berfungsi dari perangkat lama, sehingga mengurangi jumlah limbah elektronik yang berakhir di tempat pembuangan akhir.
"Selain itu, sejumlah perusahaan daur ulang di Bangladesh mengekstraksi komponen seperti serat, logam, dan plastik dari ponsel dan komputer yang tidak dapat digunakan, yang kemudian digunakan dalam produksi produk serupa," jelas Sirimanne dan Adhikari.
2) Rwanda: Pionir di Afrika Timur
KOMENTAR