Nationalgeographic.co.id—Kue kering atau biskuit adalah suguhan yang disukai di seluruh dunia. Beragam budaya memiliki kue khasnya sendiri. Kue-kue tersebut biasanya disajikan pada perayaan-perayaan khusus.
Selama ribuan tahun, festival titik balik matahari musim dingin melibatkan berkumpul bersama untuk berpesta. Kemudian pada Hari Natal, aneka kue kering nan lezat mulai disukai di Eropa.
Dan saat ini, ada banyak versi kue kering. Ketika berjalan-jalan, Anda mungkin menemukan kue jahe di pasar Natal. Anak kecil pun memiliki tradisi meninggalkan kudapan yang ditaburi gula untuk Sinterklas. Kue kering telah menjadi bagian penting dari perayaan Natal di berbagai tempat di seluruh dunia.
Asal-usul kue kering
Menurut koki selebriti Nick DiGiovanni, kue kering ini sendiri dapat ditelusuri kembali ke Persia abad ke-7. Kue diperkenalkan setelah tebu masuk ke wilayah tersebut.
“Ketika gula mulai tersedia bagi masyarakat, gula berubah dari barang mewah menjadi bahan yang cukup umum. Sejak itu, orang menyukai kue,” katanya. Awalnya kue kering ini dibuat menggunakan kacang-kacangan, sehinggai jauh lebih keras dan kering daripada kue yang sekarang kita kenal.
“Kue kering sendiri telah banyak berubah dari tampilan dan rasa aslinya,” tambah DiGiovanni.
Kue kering ini sampai di Eropa pada awal abad ke-8 bersama dengan penaklukan Muslim di Spanyol. Resepnya terus dibentuk melalui perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1300-an, kue kering ini berevolusi menjadi lebih mirip dengan versi modern. Kue kering versi modern lebih manis, lebih lembut, dan lebih berempah.
“Kisah tentang kue Natal pun menjadi kisah global,” jelas Linda Raedisch, penulis The Secret History of Christmas Baking. “Kue-kue itu tidak hanya terkait dengan satu hari raya saja.”
Budaya di seluruh dunia merayakan perubahan musim dengan festival titik balik matahari musim dingin selama ribuan tahun. Berpesta dengan orang-orang terkasih selalu menjadi bagian besar dari perayaan ini.
Pada Abad Pertengahan, festival titik balik matahari musim dingin Eropa telah menyatu dengan perayaan Natal yang terus berkembang. Kue-kue yang disajikan saat Natal pun menyebar ke seluruh benua.
Baca Juga: Tradisi Kalender Adven, Membuka 24 Kado Sukacita Menjelang Natal
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR