Nationalgeographic.co.id—Sampel asteroid Bennu yang dipelajari oleh para peneliti Curtin University belum lama ini telah memberikan wawasan ilmiah yang berharga mengenai sejarah awal tata surya kita. Sebab, sampel debu asteroid tersebut merupakan yang paling murni yang pernah dikumpulkan.
Fragmen-fragmen ini berasal dari 4,5 miliar tahun lalu dan mengandung garam, termasuk halit (garam meja biasa), yang menunjukkan lingkungan masa lalu yang asin.
Kondisi seperti itu, diketahui mendukung perkembangan molekul organik, memberikan gambaran sekilas tentang kimia yang mungkin telah memengaruhi asal usul kehidupan.
“Kami terkejut saat mengidentifikasi mineral halit, yang merupakan natrium klorida — persis garam yang sama yang mungkin Anda taruh di keripik Anda,” kata Associate Professor Nick Timms, dari Curtin University.
“Mineral yang kami temukan terbentuk dari penguapan air garam, mirip seperti endapan garam yang terbentuk di danau garam yang ada di Australia dan di seluruh dunia,” tambahnya.
Nick Timms menggambarkan penemuan garam-garam ini sebagai terobosan besar dalam penelitian luar angkasa.
Temuan mereka dapat secara signifikan memajukan pemahaman kita tentang pembentukan planet dan asal-usul kehidupan, yang merupakan rahasia sains berumur miliaran tahun.
Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal Nature pada 29 Januari 2025 berjudul “An evaporite sequence from ancient brine recorded in Bennu samples.” Kunci dari penemuan baru ini adalah kondisi sampel yang murni.
Para ilmuwan dari Sekolah Ilmu Bumi dan Planet di Curtin termasuk di antara orang-orang pertama di dunia yang dipilih untuk menganalisis sampel yang diambil oleh misi OSIRIS-REx NASA, sebuah upaya selama tujuh tahun untuk mengumpulkan material dari asteroid kuno Bennu.
Bennu diyakini terdiri dari pecahan puing dari benda induk berusia 4,5 miliar tahun. Objek langit asli ini, yang mengandung material yang kemungkinan terbentuk di luar Saturnus, hancur dalam tabrakan lama dengan objek lain.
Baca Juga: Kapsul OSIRIS-REx Bawa Sampel Asteroid Berisi Sejarah Tata Surya
Source | : | NASA,SciTechDaily |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR