Nationalgeographic.co.id—Everest telah memikat imajinasi para pendaki gunung selama berabad-abad. Di awal abad ke-20, ada minat baru untuk mendaki puncak gunung yang perkasa itu. Upaya pendakian mendorong daya tahan manusia hingga batas maksimalnya untuk melakukannya.
Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay menjadi pendaki pertama yang dikonfirmasi telah mencapai puncak Everest pada bulan Mei 1953. Namun ada pendapat bahwa ada tim lain yang telah mendahului mereka sekitar 3 dekade sebelumnya. Ekspedisi tahun 1924 tersebut dipimpin oleh George Mallory dan Andrew Irvine. Tapi apakah George Mallory merupakan orang pertama yang mencapai puncak Everest?
Keduanya tidak pernah kembali dari pendakian mereka. Jasad Mallory ditemukan pada tahun 1999. “Namun banyak yang berpendapat bahwa mereka berhasil mencapai puncak Everest sebelum mereka meninggal,” ungkap Sarah Roller di laman History Hit. Namun tidak pernah ditemukan bukti kuat terkait hal itu.
Mendaki Gunung Everest
Era penjelajahan, seperti yang diketahui, dimulai pada abad ke-15 dengan pelayaran dari Eropa ke seluruh dunia. Era ini terus berlanjut dalam beberapa hal hingga awal abad ke-20.
Sejak pertengahan abad ke-19, Inggris mulai berpartisipasi dalam kontes internasional untuk menjadi yang pertama mencapai Kutub Utara dan Selatan. Sayangnya Inggris kalah dalam kedua kasus tersebut.
Namun, beberapa orang berharap untuk mendapatkan kembali kebanggaan nasional dengan ‘menaklukkan kutub ketiga’. Yaitu dengan mendaki Gunung Everest, gunung tertinggi di Bumi. Karena tidak dapat mengakses gunung dari Nepal, pendaki harus melewati Tibet, dengan izin khusus dari Dalai Lama.
Hal ini terbukti menambah banyak kesulitan. Terutama perjalanan darat yang sulit dan waktu yang singkat harus dihadapi oleh pendaki yang mencoba mencapai puncak. Tanpa gentar, Inggris menjadi yang terdepan dalam mengirimkan berbagai kelompok ekspedisi ke Everest untuk melakukan survei dan mencoba mendaki.
Siapa George Mallory?
Terlahir dalam keluarga kelas menengah ke atas, George Mallory mengembangkan minat dalam pendakian gunung di usia muda. Minatnya muncul setelah mengikuti perjalanan pendakian sekolah ke Pegunungan Alpen pada usia 18 tahun. Setelah menyelesaikan gelar dalam bidang sejarah di Cambridge, ia sempat mengajar di Sekolah Charterhouse. Mallory kemudian bergabung dengan ekspedisi Everest tahun 1921.
Sebagian besar ekspedisi ini lebih banyak tentang pemetaan daripada pendakian: North Col Everest masih relatif belum dijelajahi. Pada tahun 1922, ekspedisi berikutnya melakukan upaya yang lebih serius untuk mencapai puncak Everest. Mallory adalah salah satu dari mereka yang mencapai rekor ketinggian – 8.225 mdpl – tanpa menggunakan oksigen. Oksigen kerap dipandang remeh sebagai bantuan buatan.
Baca Juga: Setelah 100 Tahun, Potongan Tubuh Andrew Irvine Ditemukan di Everest
Mallory mungkin paling terkenal karena tanggapannya terhadap pertanyaan, “mengapa Anda ingin mendaki Gunung Everest?”, yang dijawabnya, “karena ada di sana.” Jawaban tersebut merangkum mentalitas pendaki gunung saat itu: setiap gunung harus didaki, tidak peduli seberapa berat beban fisiknya.
Era penjelajahan yang dipadukan dengan era mesin membuat manusia percaya hal baru. Bahwa dengan sikap, peralatan, dan mentalitas yang tepat, mereka dapat mencapai apa pun.
Ekspedisi 1924
Setelah dua kali gagal, ekspedisi Everest 1924 tercatat sebagai ekspedisi ketiga yang beruntung. Mereka yang berangkat bertekad untuk mencapai puncak gunung. Mereka telah mempelajari pelajaran berharga dan memperoleh pengalaman dari upaya sebelumnya.
Setelah dua kali gagal mencapai puncak, George Mallory dan Andrew Irvine melakukan upaya ketiga. Mereka terakhir terlihat di First Step atau Second Step Everest, sekitar waktu makan siang pada tanggal 8 Juni 1924. Tidak seperti upaya sebelumnya, mereka membawa tabung oksigen. Setelah badai menerjang, mereka tidak terlihat lagi. Dan pada tanggal 11 Juni, tanpa penampakan berikutnya, rombongan yang lebih besar mulai turun dari base camp.
Membawa turun jenazah
Karena kondisi di Everest sangat dingin, hampir semua benda terawetkan dengan sangat baik. Jenazah tidak membusuk. Selain itu, ada tradisi meninggalkan jenazah di gunung itu daripada membawanya turun. “Sebagian karena alasan praktis, tetapi juga sebagai penghormatan kepada mereka yang gugur,” ungkap Roller.
Berbagai pihak berangkat setelah hilangnya Mallory dan Irvine, mencoba menemukan jenazah keduanya. Banyak pihak berusaha menentukan apakah Mallory dan Irvine berhasil mencapai puncak Everest atau tidak. Pada tahun 1986, seorang pendaki Tiongkok melaporkan menemukan jenazah pendaki gunung ‘asing’. Namun sang pendaki tewas karena longsor sebelum sempat memberikan keterangan lebih rinci.
Akhirnya, sebuah ekspedisi khusus pada tahun 1999 berangkat untuk mencoba dan mencari jenazah Mallory dan Irvine. Dalam beberapa jam setelah pencarian dimulai, mereka menemukan jenazah beku di sisi utara gunung. Jenazah itu adalah George Mallory. Jenazah yang terawetkan dengan baik. Barang-barang pribadi, termasuk altimeter, sepucuk surat, dan sepasang kacamata salju pun masih utuh.
Namun, jasad Irvine masih hilang, begitu pula kamera yang dibawanya. Para ahli percaya jika kamera ditemukan, mereka mungkin akan mendapatkan jawaban yang dinanti-nantikan. Kamera tersebut bisa menghasilkan foto yang akan membuktikan bahwa kedua pria itu berhasil atau tidak mencapai puncak Everest.
Pada bulan September 2024, potongan tubuh Andrew Irvine ditemukan.
Apakah Mallory dan Irvine berhasil mencapai puncak?
Pertanyaan tentang apakah Mallory dan Irvine berhasil mendaki Everest masih menjadi perdebatan sengit. Banyak yang berpendapat bahwa hal itu tidak dapat digambarkan sebagai ‘mendaki puncak’ jika mereka hanya berhasil mendaki gunung. Kedua pria itu masing-masing membawa dua tabung oksigen. Dan tampaknya mereka diikat dengan tali dan terpeleset. Hal ini mungkin bukan penyebab kematian, tetapi tentu saja menyebabkan cedera yang relatif serius.
Dua bukti tidak langsung telah membantu mendorong gagasan bahwa Mallory benar-benar mencapai puncak Everest. Pertama, fakta bahwa tidak ada foto istrinya yang ditemukan di tubuhnya. Dia telah bersumpah akan meninggalkannya di puncak saat dia mencapainya. Kedua, kacamata salju yang masih utuh yang ditemukan di sakunya menunjukkan bahwa dia mencapai ke puncak dan turun setelah matahari terbenam. Mengingat lokasi mereka, ini menunjukkan bahwa mereka setidaknya telah melakukan upaya signifikan untuk mencapai puncak.
Namun, yang lain berpendapat bahwa rute menuju puncak yang mereka tempuh sangat sulit. Second Step di North Ridge, khususnya, akan menguji kemampuan pendakian Mallory hingga batas maksimal.
Pada akhirnya, jawaban atas pertanyaan tentang ekspedisi Mallory dan Irvine “terkubur” bersama mereka di Everest. Meskipun mereka mungkin tidak tercatat dalam sejarah karena alasan yang mereka harapkan, nama mereka tetap hidup dalam kisah-kisah Everest.
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR