Nationalgeographic.co.id–Mars pernah memiliki lautan luas di permukaannya. Lalu kemudian medan magnetnya melemah, atmosfernya menipis, dan airnya menghilang. Planet Merah kemudian berubah dari dunia berair menjadi mangkuk debu merah yang kita kenal sekarang. Tapi, untuk proses tersebut, semua air itu harus berakhir di suatu tempat. Jadi, ke mana perginya air di Mars?
Sebuah studi baru diterbitkan dalam National Science Review. Studi tersebut bertajuk “Seismic evidence of liquid water at the base of Mars' upper crust”. Menurut peneliti, studi ini mungkin akhirnya memiliki jawaban. Tim peneliti dari Tiongkok, Australia, dan Italia mengidentifikasi reservoir air yang sangat besar yang mungkin terletak jauh di bawah permukaan Mars.
Tidak seperti reservoir es yang mungkin ditemukan di bagian lain Mars, air ini diperkirakan masih dalam bentuk cair. Hal ini menjadikannya salah satu taruhan terbaik dalam pencarian kehidupan ekstraterestrial.
Sekitar empat miliar tahun yang lalu, sebagian besar permukaan Mars ditutupi oleh air cair. Jika tersebar merata di seluruh planet, air ini akan membentuk lautan global sedalam 1.500 meter. Angka tersebut dikenal sebagai lapisan ekuivalen global (GEL). Secara total, jumlah air tersebut hampir sama dengan jumlah air yang ditampung Samudra Hindia Bumi saat ini.
Meskipun masih ada perdebatan mengenai jumlah pastinya, perkiraan ini menyisakan perbedaan yang mencolok.
“Perkiraan volume air cair yang hilang ke luar angkasa dan melalui hidrasi kerak bumi masing-masing adalah 10–200 meter GEL dan 550 meter GEL,” Weijia Sun. Sun adalah seorang profesor geofisika di Chinese Academy of Sciences sekaligus penulis penelitian.
Inventaris air saat ini di atmosfer Mars dan sebagai es di wilayah kutub atau es di bawah permukaannya berjumlah total 20–40 meter GEL. Hal ini menyisakan GEL di antara 710 dan 920 meter yang belum ditemukan.
Gempa Mars dan meteorit
Wahana pendarat InSight milik NASA mendarat di permukaan Mars pada 26 November 2018. Wahana itu membuka jendela baru ke bawah permukaan. Di dalamnya terdapat kubah bundar kecil yang berisi seismometer – perangkat yang sama yang mengukur gempa bumi di Bumi – yang dirancang. Menurut NASA, seismometer itu digunakan untuk mengukur ‘denyut’ Mars.
Dalam studi, tim mengukur gelombang seismik yang bergerak melalui planet itu dari dua tumbukan meteorit dan satu ‘gempa mars’. Rekan penulis studi Prof Hrvoje Tkalčić menyamakan teknik ini dengan menggunakan ultrasound untuk melihat bagian dalam tubuh pasien.
“Singkatnya, gelombang seismik yang menyebar melalui bagian dalam planet dari kejadian yang jauh memasuki lapisan kerak di bawah penerima,” kata Tkalčić. “Dan kami menyimpulkan ketebalan lapisan ini dan kedalaman batasnya dari pemetaan gemanya.”
Gelombang seismik bergerak lebih cepat melalui batuan kering daripada melalui batuan yang jenuh dengan air. Dengan mengukur kecepatan gelombang dari benturan dan gempa, ilmuwan dapat mendeteksi air jauh di bawah tanah tanpa perlu mengebornya.
Source | : | Science Focus |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR