Ada dugaan pula bahwa sauropterygian dan kelompok reptil laut lain seperti ichthyosauromorph—termasuk ichthyosaurus dan thalattosaurus—mungkin lebih dekat hubungannya dengan klad Archelosauria. Yakni termasuk kura-kura serta kelompok archosaur (buaya dan burung), dibanding yang selama ini diperkirakan.
Variasi besar dalam bentuk pelindung tubuh (zirah) di antara kelompok-kelompok ini—kecuali burung—juga menunjukkan bahwa lapisan tulang tersebut memainkan peran penting dalam adaptasi mereka terhadap habitat perairan dangkal.
Selain berfungsi untuk melindungi diri dari predator, zirah berat ini kemungkinan membantu reptil laut mengatasi masalah daya apung dengan menambah bobot tubuh. Dengan begitu, mereka dapat mencari makan di dasar laut, tempat sebagian besar mangsa berada.
Para peneliti berharap kawasan tempat ditemukannya fosil P. yingzishanensis akan mengungkap spesies-spesies purba lainnya yang dapat menjembatani hubungan antar kelompok reptil laut kuno serta melengkapi celah dalam sejarah evolusi mereka.
Penemuan Prosaurosphargis yingzishanensi tidak hanya menambah koleksi fosil purba, tetapi juga membuka bab baru tentang evolusi reptil laut berzirah. Informasi baru yang tersingkap dalam penelitian dapat menantang klasifikasi ilmiah yang telah lama diterima.
Siapa sangka, bahwa fosil yang tersembunyi selama 250 juta tahun bisa sedemikian berpengaruh dalam mengurai silsilah kehidupan laut kuno?
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science,Evolutionary Biology |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR